Ada sebuah video viral yang memperlihatkan sebuah kalajengking betina berwarna kecoklatan yang sedang membawa puluhan bayi di punggungnya bersinar biru dan ungu saat disinari oleh cahaya UV (Ultra Violet).
Kalajengking dewasa tersebut berubah menjadi berwarna hijau kebiruan, sedangkan bayinya yang ada di punggungnya berubah menjadi warna ungu cerah. Hingga saat ini ilmuwan masih belum menentukan alasan dibalik evolusi fenomena ini. Hanya saja sinar UV tersebut diubah ketika bertemu dengan protein kalajengking sehingga menghasilkan warna tersebut.
Beberapa pihak mengira cahaya tersebut bisa membantu arakhnida menemukan satu sama lain. Sinar yang terpancar merupakan hasil dari bahan kimia yang ada di bagian pelindung luar kalajengking yang menyerap dan memancarkan kembali cahaya pada panjang gelombang yang lebih rendah.
Lapisan luar tersebut dikenal sebagai lapisan hialin, transparan dan berperan dalam menahan sel-sel yang terbentuk selama pembelahan bersama. Lapisan ini cenderung kuat dan mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama.
Kalajengking berubah warna ketika diberi sinar UV. [YouTube,@Butterfly Babe]
Selain di bawah sinar UV, kalajengking juga ditemukan bersinar di bawah sinar bulan. Dimana hal itu bisa dimanfaatkan oleh arachnida untuk menentukan malam hari dan waktu bagi mereka untuk mencari makanan.
Bersinar juga bisa menjadi cara untuk menentukan kapan waktu yang aman bagi mereka untuk keluar. Peneliti telah lama mengetahui bahwa kalajengking lebih aktif ketika bulan tidak sedang penuh. Hal ini karena sinar bulan bisa mengungkapkan keberadaan mereka kepada pemangsa.
Ilustrasi kalajengking. (Shutterstock)