Sakit Bukan Kepalang, Ternyata Ini yang Terjadi pada Otak saat Patah Hati

Sakit Bukan Kepalang, Ternyata Ini yang Terjadi pada Otak saat Patah Hati

Jika pernah mengalami yang namanya patah hati , kamu mungkin bisa membayangkan bagaimana sakitnya kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup. Bukan hanya berpengaruh pada perasaan, umumnya rasa sakit juga menjalar ke kondisi fisik sehingga membuatmu merasa tak mampu lagi menjalani hidup.

Apa yang kamu alami itu sama sekali bukan hal yang berlebihan. Rasa sakit saat putus cinta itu memang nyata, bahkan bisa dijelaskan secara ilmiah. Untuk kamu yang penasaran, inilah yang sebenarnya terjadi pada anggota tubuh, terutama otak, saat seseorang mengalami patah hati.

Sakit Hati dan Sakit Fisik Direspon Sama Oleh Otak

Sebuah penelitian di Universitas Columbia pada tahun 2011 mengungkap bahwa otak memberikan respon yang sepadan terhadap sakit hati dan sakit fisik. Dengan scan fMRI, studi tersebut menguji kondisi otak saat seseorang mengalami penolakan sosial.

Hasilnya, otak memproses kejadian tersebut kurang lebih sama dengan saat seseorang mengalami cedera atau sakit secara fisik. Tidak heran, seseorang yang mengalami sakit hati menunjukkan rasa lemah dan tidak berdaya dengan intensitas sama dengan saat mereka baru saja mengalami kecelakaan atau terluka secara fisik.

Patah Hati Hampir Sama dengan Kecanduan

Saat seseorang mengalami kecanduan tertentu, maka butuh upaya luar biasa untuk dapat lepas darinya. Hal yang sama ternyata juga dialami oleh orang-orang yang sedang patah hati. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Helen Fischer dan Lucy Brown pada tahun 2010, terungkap bahwa kondisi otak para korban patah hati tak ubahnya seperti mereka yang sedang berjuang lepas dari sesuatu. Mereka merasakan cinta, gairah, dan rasa kehilangan sehingga membuatnya terus mencari dan berjuang untuk kembali.

Butuh Proses untuk Pulih

Patah Hati (via Wollipop)

Sebagaimana dijelaskan di atas, patah hati adalah kondisi di mana seseorang mengalami luka seberat sakit fisik dan berada dalam kondisi layaknya kecanduan. Saat masih dalam suasana sakit hati, sepertinya memang penderitaan begitu berat sehingga ingin segera mengakhiri dengan cara instan. Meski demikian, sebenarnya otak akan mampu memulihkan diri secara perlahan sehingga rasa sakit itu bisa hilang.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa sakit akibat patah hati memiliki derajat keparahan yang sama dengan sakit fisik. Bedanya, luka yang dialami tidak terlihat oleh mata. Karenanya, para korban patah hati  juga memerlukan dukungan dan proses pemulihan yang sama dengan orang-orang yang sakit fisik.

Patah Hati (via Pijar Psikologi)