Ketupat merupakan salah satu makanan khas yang selalu tersaji di momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran . Biasanya, ketupat dihidangkan bersama lauk opor, rendang ataupun berbagai sayuran lainnya. Tapi di balik itu, tahukah kamu tentang sejarah atau asal usul ketupat? Rupanya, hal itu tidak lepas dari pengaruh Hindu dan Islam. Seperti apa ceritanya? Berikut penjelasannya!
Keberadaan ketupat sudah turun temurun sejak zaman dulu. Dikutip dari Kompas, seorang sejarawan Universitas Padjadjaran Bandung, Fadly Rahman, mengungkapkan kalau ketupat berdasarkan cerita rakyat. Di mana, ketupat diceritakan berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga tepatnya saat masa syiar agama Islam yang dilakukan pada abad ke-15 hingga ke-16.
Salah satu Wali Songo itu menjadikan ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman. Tidak hanya itu saja, Sunan Kalijaga juga membaurkan nilai ke-Islaman tersebut dengan pengaruh Hindu sehingga menjadi akulturasi yang padu di antara keduanya. Sejarah ketupat juga bisa jadi berasal dari zaman Hindu-Budha di Nusantara.
Pasalnya, di zaman pra-Islam, bahan makanan nyiur dan beras dijadikan sebagai sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai makanan oleh warga di zaman itu. Bahkan masyarakat di Bali sampai sekarang masih mengunakan ketupat dalam ritual ibadahnya. Bahkan ada tradisi di Bali yang dinamakan perang ketupat.
Istilah ketupat sendiri yang sering disebut sebagai kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, memiliki arti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Selain itu, simbolisasi lain dari ketupat adalah laku papat atau empat laku, yang juga melambangkan empat sisi dari ketupat. Di mana, ada nilai ke-Islaman di dalamnya.
Foto: Ketupat (Minews ID)
Ketupat sendiri tidak hanya ditemukan di Indonesua, tapi ada juga di kawasan Asia Tenggara lainnya khususnya negara yang penduduknya ada dari Suku Melayu. Tidak hanya itu saja, sejarawan H.J. De Graaf juga menyebutkan kalau janur yang dipakai untuk membungkus ketupat kemungkinan menunjukkan identitas budaya pesisiran yang banyak ditumbuhi pohon kelapa.
Warna janurnya pun memiliki makna yang berbeda. Di mana, kuning pada janur dimaknai sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur. Terlepas dari itu, ketupat menjadi salah satu budaya yang masih lestari saat ini dan perlu dipertahankan.
Foto: Ketupat (Berita Bali)