Kejadian tidak mengenakkan dirasakan oleh seorang mahasiswa asal Jepang. Di mana, pria 25 tahun tersebut dijadikan selingkuhan dan budak seks oleh dosennya sendiri. Mahasiswa itu mengaku terpaksa menuruti kemauan dosen tersebut. Mirisnya lagi, pria ini sudah berusaha untuk melaporkan tindakan pelecehan seksual yang diterimanya itu pada pihak kampus, tapi malah diabaikan.
Kisah ini bermula saat mahasiswa yang disembunyikan identitasnya itu menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Politik Universitas Waseda, Jepang, pada tahun 2014. Dilansir dari Eva.VN, Kamis, 7 April 2022, pria tersebut sempat belajar di bawah bimbingan seorang dosen wanita yang bergelar associate professor di departemen tersebut.
Usai meraih gelar sarjananya, pemuda itu memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke taraf S2. Dalam prosesnya, sang mahasiswa dibimbing oleh dosen wanita tersebut. Saat itulah sang dosen mulai menunjukkan niat jahatnya. Pada Februari 2017, dosen itu mulai menggoda dan meminta mahasiswa tersebut untuk menjadi kekasihnya, padahal dosen itu sudah menikah dan punya anak.
Di bulan Maret di tahun yang sama, dosen itu meminta mahasiswanya itu untuk melakukan perjalanan bisnis ke Taiwan. Tapi di sana, dia justru dipaksa untuk berhubungan seks dengan sang dosen. Keduanya pun menjalin hubungan terlarang sampai musim panas 2018. Selama itu, mahasiswa tersebut harus memenuhi hasrat seksual dosennya.
Tidak hanya berbagi kamar saat menghadiri konferensi akademik, keduanya juga sering melakukan hubungan seks di rumah sang dosen dan ruang penelitian universitas. Selain dipaksa jadi budak seks, mahasiwa itu juga dipaksa jadi pembantu di rumah dosennya. Dia diminta mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti memasak, menjemput anak hingga mengasuh anak.
Pemuda itu selalu merasa menyesal dan bersalah pada dirinya sendiri serta keluarganya. Pasalnya, dia tidak pernah mau menjadi orang ketiga. Tapi pria itu tidak bisa menolaknya karena wanita tersebut adalah dosen, mentor serta pembimbingnya. Dia takut jika menolak, dosen tersebut akan menyimpan dendam padanya sampai akhirnya membuat studinya terhambat dan mempengaruhi kariernya.
Bahkan karena sangat tertekan dan frustasi, mahasiswa tersebut sempat berniat untuk bunuh diri. Sampai akhirnya baru pada tahun 2021, dia mengumpulkan keberanian untuk melaporkan perilaku sang dosen ke Komite Anti-Pelecehan Universitas Waseda. Tapi sayangnya, pihak kampus menolak pengaduannya dengan alasan bukan merupakan tindakan illegal layaknya pelecehan.
Foto: Ilustrasi Perselingkuhan Dosen dan Mahasiswa (Eva.VN)
Kehabisan pilihan, pria itu memutuskan untuk mengajukan gugatan di pengadilan. Dia menuntut sang dosen untuk membayar kompensasi 7,5 juta yen atau sekitar Rp871 juta atas tindakan pelecehan seksual yang diterimanya ini. Insiden itu pun membuat penduduk Jepang gempar. Masalah ini akhirnya mulai mendapat perhatian dari pihak kampus.
Pada 25 Maret 2022, Universitas Waseda menyampaikan pernyataan resmi mengenai perkara ini. Mereka menyatakan pihak universitas tidak akan membiarkan tindakan pelecehan ataupun tindakan ilegal lain terjadi di lingkungan kampus. Oleh sebab itu, mereka janji akan melaksanakan investigasi yang menyeluruh, jelas, netral dan adil.
Namun saat itu, Universitas Waseda belum menerima laporan tindakan pelecehan seksual dosen tersebut. Akan tetapi, terakhir dikabarkan, pengadilan masih memproses dan belum ada keputusan yang pasti mengenai nasib kedua pihak yang bersangkutan. Tapi kalau pengadilan memutuskan dosen tersebut melanggar hukum, maka pihak kampus akan menerapkan hukuman paling berat.
Foto: Ilustrasi Perselingkuhan Dosen dan Mahasiswa (Tribun)