Cerita Rakyat Pendek tentang Telaga Warna Jawa Barat

Telaga Warna yang terletak di Provinsi Jawa Barat ternyata tidak hanya indah dipandang mata. Tetapi di dalamnya terkandung cerita rakyat pendek mengenai asal usul telaga ini. Seperti apa kisah dibalik keindahannya ini?

Kawasan Puncak Bogor memang terkenal dengan pemandangan alamnya. Salah satu yang menarik perhatian adalah situs wisata Telaga Warna, Cisaraa, Bogor, Jawa Barat.

Seperti namanya, Telaga Warna adalah sebuah danau kecil latar belakang gunung yang menjulang tinggi bersama area persawahan dan perumahan pedesaan penduduk setempat. Tempat yang indah ini ternyata memiliki cerita rakyat pendek yang tidak sama indahnya. Seperti apa kisahnya, yuk di baca sambil menikmati foto-foto kemolekan pemandangan Telaga Warna.

Pada masa itu di Jawa Barat ada kerajaan yang bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan artinya sebuah kerajaan yg makmur damai dan dipimpin oleh seseorang raja bijaksana bernama prabu Swartalaya. Namun warga negeri itu merasa gelisah. Pasalnya sang raja belum juga dikaruniai momongan. Mereka risi jika kerajaan nantinya tidak mempunyai penerus.

Untuk mendapat keturunan, akhirnya sang raja menyepi dan bersemedi pada sebuah goa. Ditengah laku ritualnya ini terdengar suara tanpa rupa yang berkata bahwa harapanya akan segera terwujud. Raja merasa gembira, ia lantas kemabli ke istana.

Telaga Warna (petaniadv.com)

Selang beberapa minggu setelahnya, permaisuri akhirnya mengandung. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang puteri yang sangat rupawan. Puteri tadi dinamakan Gilang Rukmini. Kelahiran sang puteri disambut riang gembira oleh segenap warga. Pesta meriah diadakan di istana.

Beberapa tahun berlalu, puteri Gilang Rukmini menjadi puteri yg sangat cantik. Namun karena sejak kecil selalu dimanja oleh orang tuanya, puteri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Bila keinginanya tidak dituruti, ia akan cepat murka serta berlaku kasar kepada siapapun.

Telaga Warna (cokorngaprak.blogspot.com)

Meski begitu sang raja dan segenap rakyat masih menyayanginya. Mereka berharap perangai sang puteri kelak akan berubah seiring berjalannya waktu. Sampai pada suatu ketika, tibalah umur puteri genap menginjak 17 tahun. Kerajaan kembali mengadakan pesta. Seluruh rakyat sepakat untuk memberikan hadiah sebagai wujud rasa cinta mereka pada sang puteri.

Akhirnya, masyarakat seluruh negeri menyisihkan perhiasan terbaik mereka. Seluruh perhiasan itu nantinya akan dilebur untuk dijadikan kalung buat sang putri. Ahli emas terbaik di seluruh negeri diserahi tugas membuatnya. Hingga jadilah sebuah kalung yang sangat mengagumkan, bertahtakan batu permata warna-warni yang berkilauan.

Telaga Warna (ifanobi.com)

Pesta pun dimulai. Panggung besar didirikan di depan istana dengan dekorasi yangg meriah. Rakyat berbondong-bondong berkumpul untuk mengucapkan selamat kepada sang puteri yang mereka cintai.

Raja, ratu, serta puteri akhirnya datang dan naik ke atas mimbar, sembari bergemuruh sorak sorai para rakyat yang berbahagia. Hingga tiba saat kalung permata ini dipersembahkan rakyat kepada sang puteri. Mereka berharap puteri Gilang Rukmini merasa suka dengan pemberian ini.

Tetapi ketika sang raja membuka kotak serta menyerahkan kalung itu, oleh puteri hanya mengerutkan dahi. Tidak sedikitpun tampak raut senang di wajahnya. Melihat tingkah laku puterinya, sang raja merasa malu. Lalu raja berkata.. "Terimalah, serta pakailah kalung itu. Itu wujud cinta semua masyarakat kepadamu. Hargailah jerih payah mereka." Tetapi jawaban Gilang Rukmini justru mengejutkan. Dengan terang-terangan dia menolak, bahkan menghina kalung itu. "Ah.. Kalung apa itu? Buruk sekali. Warnanya sangat kampungan."

Telaga Warna (manggala-yudha.blogspot.com)

Mendengar jawaban yang berlebihan ini, sang raja yang awalnya malu menjadi sedih. Ahirnya oleh raja mulai menangis. Melihat rajanya menangis, rakyat jadi ikut bersedih dan menangis. Semua ahirnya ikut menangis. Konon katanya, tangisan ini terjadi terus menerus sampai istana tergenang oleh air mata. Dan tanpa diduga, dari dalam tanah menyembur air yang sangat deras, hingga seluruh negeri tenggelam di dasarnya. Dan akhirnya berubah menjadi Telaga Warna yang pada saat tertentu, air di telaga iini mampu berubah warnanya. Konon lagi perubahan warna ini berasal kalung Puteri Gilang Rukmini yg berada di dasar telaga. Begitulah cerita rakyat pendek tentang Telaga Warna yang indah namun tragis di Puncak Bogor.

Telaga Warna (yandex.kz)