Ketika mantan Presiden Suharto berada di ambang kematian, beberapa orang mengatakan bukan dokter dan mesin yang membuatnya tetap hidup, tetapi kekuatan mistis yang tak terlihat.
Suharto, saat itu berusia 86 tahun. Ia adalah seorang kejawen sekaligus spiritualis yang taat. Komitmen pada apa yang diyakininya tampak ketika ia dinyatakan sembuh oleh dokter meskipun tadinya paru-paru, jantung dan ginjalnya gagal. Dokternya mengatakan mereka kagum dan bingung dengan kesembuhannya.
# Ditopang Kekuatan Gaib Sehingga Bisa Tetap Hidup
Menurut diagnosa orang 'pintar' di Solo, kekuatan gaib yang kuat dalam tubuh Suharto tidak membiarkan dia pergi. Butuh ritual tertentu untuk membersihkan rohnya, dan agar alam siap menerimanya.
“Kekuatan makhluk halus di dalam tubuhnya membuatnya tetap hidup,” kata Darsono, seorang spiritualis yang disebut-sebut bisa melakukan sihir, mengungkapkan satu kesamaan pandangan.
“Kehidupan Soeharto ditopang oleh kekuatan mistik,” tambah Pak Darsono.
# Laku Mistisisme dan Spiritual yang Dilakukan Suharto
Suharto mempelajari mistisisme dan spiritual dari sosok Daryatmo, seorang guru Islam yang juga mempraktikkan mistisisme. Suharto kemudian melakukan ritual sepanjang masa kepresidenannya, berlanjut setelah dia digulingkan oleh pemberontakan rakyat pada Mei 1998.
Kematian Suharto (apjjf.org)
Selama bertahun-tahun, menurut para pembantunya, dia telah sering mengunjungi tempat-tempat suci, termasuk gunung, gua, makam, dan reruntuhan, dan dia telah melakukan ritual mandi di laut dan di sungai di tempat-tempat yang diyakini memiliki kekuatan khusus. Dia dikatakan telah mengumpulkan ratusan artefak suci untuk menyerap kekuatan magis mereka.
Selain itu, adalah batu merah yang disebut mirah delima, yang menurut paranormal dapat melindungi pemiliknya dari pedang dan peluru dan menjaga dari penyakit.
Kematian Pak Daryatmo pada Januari 1998 kemudian dianggap oleh beberapa orang sebagai peringatan jatuhnya Suharto dari kekuasaan empat bulan kemudian.
Pertanda kejatuhannya dikatakan termasuk pecahnya palu di Parlemen dan hilangnya sanggul, atau sopak, dari istrinya, Siti Hartinah, yang meninggal pada tahun 1996.
Ketika Suharto masih berkuasa (99.co)
Banyak orang Indonesia berpendapat bahwa kematian Ibu Tien adalah awal dari berakhirnya kekuasaan Suharto. Sebab dalam tradisi Jawa, kekuasaan memiliki esensinya sendiri, yang dikenal sebagai wahyu, dan itudianugerahkan seperti jubah kepada orang-orang pilihan tertentu, yang mana adalah Bu Tien.
Seperti yang kita tahu, Bu Tien adalah anggota kecil dari keluarga kerajaan di Kesultanan Solo, dan dikatakan telah menjadi sumber legitimasi Pak Suharto sebagai penguasa.
Setelah kematian Bu Tien, orang-orang mulai merasakan bahwa wahyu telah hilang.
Mobil jenazah Bu Tien (tirto.id)