Biarawati dalam agama Katolik adalah perempuan yang tergabung dalam suatu tarekat atau ordo religius. Di Indonesia sendiri para biarawati biasanya dipanggil suster. Para suster biasanya bekerja di bidang pendidikan (formal dan nonformal), kesehatan, dan pelayanan sosial di lingkungan gereja atau masyarakat umum. Ada juga pada beberapa tarekat religius biarawati yang mengkhususkan kepada pelayanan religius melalui doa seperti suster-suster Ordo Karmel Tak Berkasut (OCD) dan Suster SSPS Adorasi Abadi.
Menjadi seorang biarawati berarti mengharuskan seseorang mengabdi dan memberikan pelayanan seutuhnya kepada Tuhan dan sesama makhluk hidup. Jauh dari kesan mewah dan hiruk pikuk duniawi seperti yang dilakukan salah seorang wanita ini. Ada yang unik dari seorang suster atau biarawati yang disebut-sebut merupakan seorang cucu dari bos perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Djarum.
Sosok tersebut adalah Suster Lucy Agnes. Dalam foto yang beredar pada 2018 silam, tampak ia begitu sederhana dengan jubah khas pengikut Ibu Teresa. Ada aura kedamaian terpancar dari dalam dirinya.
Meski terlihat sederhana, yang membuat sosok ini istimewa adalah ia berasal dari keluarga kaya raya. Namun benarkah Lucy Agnes adalah cucu pemilik Djarum? Simak artikel berikut ini!
Dikutip dari Alumnimaterdei.com, Rabu (24/11/2021), Suster yang terlahir dengan nama Maria Donna Dewiyanti Darmoko ini adalah anak tunggal dari Paul dan Cecilia Darmoko yang merupakan pemilik restoran Ayam Bulungan. Cecilia adalah saudara sepupu dari pemilik Djarum, Robert Budi Hartono.
Meskipun berasal dari keluarga orang paling tajir di Indonesia, Lucy Agnes ternyata memilih hidup sederhana dan melayani umat. Nggak cuma itu aja, yang lebih membuat kagum adalah Lucy hanya memiliki dua set pakaian.
Sebagai anak yang berasal dari keluarga kaya, Lucy sempat merasakan sekolah di luar negeri. SMA dan kuliah di Pert Australia, kemudian menyelesaikan jenjang master/magister (S2) di salah satu kampus di Chicago, Amerika Serikat. Namun sifat sederhana Suster Lucy sudah terlihat sejak remaja.
"Saat masih SMA, kalau dibelikan orangtuanya tas-tas mahal, dia enggak mau pake," kata kerabatnya.
Menurut rekan-rekannya, Suster Lucy ini sangat setia menjalankan kaul kemiskinan dan menikmati kehidupannya.
Suster Lucy Agnes (Portal Delegasi)
Di Kalkuta, India, di mana ia pernah menjadi sekretaris pimpinan kongregasi Missionaris Claris, konon Lucy paling sedia jika harus mendampingi orang-orang yang sekarat. Ia juga tanpa ragu dengan sabar dan kasih mau mencabuti belatung-belatung dari luka-luka membusuk di tubuh dan kepala pasien.
Tentu saja Lucy tak serta merta menjadi seorang biarawati. Semua butuh proses, Suster Lucy mengaku mengalami pencerahan saat ia dan keluarganya berlibur ke Hong kong.
"Awalnya saya sangat terganggu saat melihat begitu banyak tunawisma di jalanan Hong Kong, yang meringkuk, sakit dan kotor."
"Insting emosional pertama saya adalah melarikan diri saat melihat mereka dan saya hampir muntah," ujarnya.
"Saat saya meninggalkan orang-orang ini, sesuatu membuat saya melambat, seolah-olah ada yang menyuruh saya kembali kepada mereka untuk melakukan sesuatu yang baik untuk orang-orang yang tidak beruntung itu," tuturnya.
Ia pun memutuskan untuk masuk Kongregasi Misionaris Cinta Kasih dengan berganti nama dari Maria Donna menjadi Suster Lucy Agnes. Meski pada walnya orangtuanya sangat menentang pilihan ini, tetapi ia tetap teguh pada keyakinannya. Sekarang dia bertugas di Timor Timur, salah satu negara paling miskin di Asia.
Luar biasa, bukan? Saat orang lain berlomba untuk menjadi kaya raya atau memanfaatkan keadaan orangtuanya, ia justru hidup dalam kesederhanaan dan menolak hidup mewah.
Para Biarawati (Pikiran Rakyat)