Pentingnya Vaksin untuk Virus Rubella, Apa Harus Menunggu Wabah Dulu?

Kasus virus rubella kembali menyeruak. Korban telah berjatuhan. Mereka sempat menolak vaksin yang mengandung substansi haram

Himbauan untuk memberikan vaksin kepada anak sepertinya sedang mengalami masa terjal. Penolakan dari beberapa kelompok terkait vaksin yang mengandung substansi terlarang oleh salah satu agama kini menguat. Padahal jika kasus wabah penyakit merebak, mereka sendiri yang menanggung akibatnya.

Seperti baru-baru ini seorang ibu bercerita tentang perjuangan merawat buah hatinya yang terkena virus rubella. Husna, ibu asal Kabupaten Bireun, Provinsi Aceh, memiliki seorang putri yang mengalami Congenital Rubella Syndrome (CRS). Congenital Rubella Syndrome (CRS) ialah infeksi pada janin didalam kandungan, yang diakibatkan oleh virus rubella.

"Saat itu saya sedang hamil anak pertama (Husnul), usia kehamilan baru berjalan dua bulan, badan saya panas dan mengeluarkan ruam-ruam merah, saya pikir panas biasa, rupanya itu virus rubella dan baru diketahui ketika Husnul lahir," kata Husna seperti yang dilansir dari BBC.com.

Sebagai penderita CRS, Husnul Faina yang kini berusia 2 tahun mengalami beberapa kecacatan permanen. Pertama ia memiliki ukuran jantung dan otak yang lebih kecil dari anak seusianya. Husnul juga tidak dapat mendengar, melihat dengan baik, bahkan diusia segitu kakinya masih susah menopang badan, sehingga Husnul susah berdiri apalagi berjalan.

Husna dengan Husnul (harianrakyataceh.com)

Sedangkan di Lampung, rubella telah membuat seorang ibu kehilangan anaknya. Arsyila yang meninggal di usia 9 bulan, setelah pada usia 5 bulan didiagnosis terdampak virus tersebut. Pasangan suami istri Siti Komsiah (28) dan Oki Riyadi (29) ini hanya bisa pasrah mendapati konsdisi putrinya.

Semua upaya telah mereka lakukan, tetapi virus ini pelan-pelan menggerogoti sang bayi dari dalam. Meskipun saat lahir kondisi Arsyila masih nampak baik sekali.

Campak pada bayi indikasi Rubella (journal.sociolla.com)

Kembali ke Aceh, Pemerintah setempat memang sempat ragu-ragu untuk menerapkan program vaksin measles-rubella (MR). Pasalnya dalam vaksin tersebut mengandung zat yang dianggap haram untuk dikonsumsi, yakni enzim babi. Tetapi baru setelah korban berjatuhan, program ini akan segera direalisasikan untuk 1,5 juta anak Aceh.

Dari dalam video BBC terdengar suara perempuan yang hanya akan menggunakan vaksin MR ini jika ulama telah memperbolehkannya. Ulama mana yang akan tega membiarkan umatnya sengsara karena sebuah virus?

Nyinyiran netizen terkait kasus virus rubella (twitter @kenturama)