Pahlawan tanpa tanda jasa. Julukan tersebut sepertinya memang paling pantas disandang oleh para guru. Pasalnya, di negara kita, begitu banyak guru yang statusnya masih honorer. Dengan status tersebut, biasanya mereka hanya menerima ratusan ribu sebagai upah mengajar dalam sebulan. Jumlah yang sangat memprihatinkan dan tak sebanding dengan pengorbanannya. Mirisnya, begitu banyak yang mengabdi hingga berpuluh-puluh tahun, namun tak kunjung mendapat perhatian.
Kini telah diadakan seleksi PPPK untuk menyaring para guru yang memenuhi syarat. Para pengajar honorer pun berbondong-bondong mengikuti ujian tersebut. Hal itu tentu sebuah perjuangan, terlebih bagi mereka yang sudah puluhan tahun mengajar. Seperti apa perjuangan mereka yang bikin miris? Berikut ulasannya.
Apa sebenarnya PPPK?
PPPK merupakan kependekan dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. PPPK bisa mendapat kenaikan gaji berkala.
Atau mendapat kenaikan gaji istimewa yang dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang sudah diatur oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
PPPK juga diberi tunjangan yang sama dengan tunjangan Pegawai Negeri Sipil pada instansi pemerintah tempat PPPK bekerja. Tunjangan tersebut mulai dari tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional, dan tunjangan lain.
Seleksi PPPK Tahun 2021 (Boombastis)
Banyak Peserta Paruh Baya Ikut Seleksi
Meski adanya seleksi PPPK disambut antusias oleh banyak masyarakat, khususnya para guru, namun netizen juga mengkritik pelaksanaan seleksi tersebut. Pasalnya, begitu banyak guru honorer yang berusia lanjut juga turut mengikuti seleksi. Hal itu sungguh membuat banyak orang merasa iba. Sebab di usia tersebut berarti mereka sudah mengabdi selama puluhan tahun sebagai guru, namun nasibnya tak kunjung diangkat menjadi ASN.
Banyak netizen yang kecewa, harusnya beliau yang sudah lama mengabdi langsung dijadikan PPPK, tanpa perlu tes-tes lagi. Karena pengabdian selama puluhan tahun dengan gaji yang sangat minim, cukup untuk mendapat penghargaan PPPK.
Kendala Para Peserta Paruh Baya
Proses selesksi PPPK memiliki begitu banyak kendala, terutama bagi peserta lanjut usia. Salah satu peserta PPPK yang sudah sepuh, bahkan terpaksa meminta bantuan para guru honorer yang lebih muda untuk bisa mengakses komputer.
Para peserta berharap proses pendaftarkan tidak dipersulit, banyak yang mengaku mengharap sistem manual saja, karena sistem online tentu menyulitkan para peserta yang sudah tua. Jika seleksinya saja kesulitan, tentu kemungkinan besar banyak yang tidak terjaring dalam seleksi PPPK ini.
Seorang Guru Honorer Paruh Baya dengan Sepatu dan Seragam Lusuh Ikuti Seleksi PPPK Tahun 2021 (Boombastis)
Banyak Peserta yang Stres
Sebelumnya juga banyak peserta yang mengaku stres jelang PPPK 2021. Hal itu karena mereka belum bisa mendapat hasil yang maksimal dalam try out persiapan seleksi kompetensi tahap I.
Menanggai hal tersebut, Koordinator Forum Honorer K2 DKI Jakarta Nur Baitih mengatakan jika ia juga sudah mencoba try out dan mempelajari modul dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Ia mengaku kesulitan juga menjawab soal-soal tersebut, padahal ia sudah akrab dengan komputer dan juga laptop. Apalagi para guru yang usianya di atas 50 tahun, yang belum akrab dengan teknologi. Tak heran jika begitu banyak guru honorer yang justru stres bahkan jatuh sakit karena terlalu banyak belajar.
Semoga Indonesia kelak bisa mencontoh beberapa negara maju yang memakmurkan para guru, seperti Singapura dan Jepang. Karena pada dasarnya, guru merupakan tombak kekuatan dari suatu negara. Tanpa adanya guru, akan jadi seperti apa generasi penerus bangsanya?
Seleksi PPPK Tahun 2021 (Boombastis)