Pekerjaan tukang tagih utang atau biasa disebut debt collector biasanya dilakukan oleh orang-orang yang punya penampilan sangar. Badan kekar, muka galak, mata tajam. Pria-pria ini biasanya akan nongkrong di pinggir atau persimpangan jalan, mencari mangsa.
Profesi 'mata elang' di Indonesia masih dianggap sebelah mata. Lantaran pekerjaan mereka dianggap mengganggu dan mirip seperti preman.
# Bekerja untuk Leasing yang Mengurus Kredit
Para DC biasanya bekerja pada perusahaan penyedia layanan kredit. Sebab tugas mereka memang mengurus kreditur yang mangkir dari tugas mengangsur cicilan. Misalnya seperti menagih para pemilik kendaraan kredit yang nunggak bayar cicilan.
Tak sedikit pula DC yang sampai melakukan tindak kekerasan pada kreditur, lantaran sang kreditur tak bisa diajak kerja sama.
Pada akhirnya, banyak juga aksi DC yang berurusan dengan polisi karena bentrok dengan kreditur.
Debt Collector rampas motor Ojol (suara.com)
Susah juga ya kerjaan mereka?
# Cerita Pengalaman Mantan Koordinator DC
Salah seorang mantan koordinator DC mengaku bahwa berurusan dengan kreditur yang rese dan dikejar polisi adala risiko pekerjaan. Mereka harus siap menanggung konsekuensi tersebut karena ada target yang harus dikejar.
Para debt collector yang sedang bertugas (otomotifnet.gridoto.com)
"Tuntutan minimal 20 persen dari kendaraan (motor) yang angsurannya macet. Harus diurus (ditagih) Debt Collector,” kata salah satu mantan koordinator DC tersebut.
Dari target tersebut, pihak leasing kemudian menentukan bayaran untuk satu kendaraan. Bayarannya tergantung dari usia motor dan tempo angsuran saat macet.
”Lumayan. Permotor bisa Rp 1 juta. Tapi bisa juga Rp 500 ribu kalau angsurannya macet kurang dari enam bulan,” tambahnya.
Kalau menurut kalian, bayaran mereka sebanding gak sama risiko pekerjaannya ges?
(portallebak.pikiran-rakyat.com)