Kisah Pilu Perempuan Mualaf yang Disekap dan Dianggap Tidak Waras

Kisah Pilu Perempuan Mualaf yang Disekap dan Dianggap Tidak Waras

Sungguh malang nasib seorang perempuan asal Medan yang bernama Maria Veronica Sinaga. Perjuangannya untuk memeluk agama Islam terbilang berliku, bahkan dia sampai dianggap gila oleh keluarganya.

Perjuangan Maria Veronica dimulai pada tahun 2018 ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Maria yang menjadi mualaf setelah belajar agama secara otodidak ini kemudian hijrah ke Jakarta sebelum dirinya kini menetap di Salatiga.

Sejak memutuskan menjadi mualaf pada tahun 2018 itu, ia dikucilkan dari keluarganya dan lingkungannya tempat tinggal. Bahkan ia sempat dijauhkan dari anak kandungnya sendiri. Awalnya Maria secara sembunyi-sembunyi ketika memutuskan mualaf dan tidak ada satupun keluarganya yang tahu.

Akan tetapi lama-lama rahasianya pun terbongkar dan membuat keluarga marah dan mengusirnya. Selain diusir, Maria juga mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang di sekitarnya. Dia juga mendapat berbagai ancaman hingga akhirnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh sang Ayah.

Ilustrasi perempuan mualaf (via Haibunda)

Dokter yang merawat Maria ketika itu mengatakan bahwa tidak ada gangguan yang dialami. Dokter juga berusaha membujuk sang ayah untuk menghargai pilihan Maria. Namun hal ini malah membuat ayah Maria memindahkannya ke RSJ lain. Di rumah sakit baru ini, Maria mengaku disekap dan diberi obat tidur.

Pada tahun 2020, Maria sempat ingin kembali ke agamanya semula setelah dibawa oleh sang paman ke Singapura. Namun karena keteguhan hatinya, dia memutuskan melarikan diri dan kembali ke Indonesia. Namun ketika sampai di Indonesia, keluarganya kembali menyekap selama 10 hari.

Ilustrasi perempuan mualaf (via Tempo)

Tak hanya kata-kata ancaman, Maria Veronica juga mengalami kekerasan. Akhirnya dia memutuskan meninggalkan keluarganya dan hidup seorang diri hingga sekarang. Walaupun jauh dari keluarga dan orang tuanya pun sudah meninggal, namun doa Maria tidak pernah putus. Maria berharap bertemu kedua orang tuanya dalam mimpinya dan membuktikan bahwa dia sudah bahagia dengan pilihan sebagai mualaf.

Ilustrasi perempuan mualaf (via Viva)