Vitamin C memang diyakini dapat meningkatkan imunitas tubuh. Dikutip dari Healthline, selain meningkatkan imun, vitamin C juga dibutuhkan untuk memproduksi kolagen, menyembuhkan luka, serta bertindak sebagai antioksidan untuk melindungi sel tubuh dari radikal bebas.
Tingginya manfaat vitamin C membuat banyak orang yang berbondong-bondong mengkonsumsi suplemen vitamin C hingga 1000mg.
Namun, menurut ahli gizi Diyan Yunanto Setyaji, S.Gz, MPH, mengkonsumsi vitamin C saat masa pandemi memang diperlukan. Tapi harus dalam batas dosis yang dianjurkan.
“Jika konsumsi (vitamin C) 1000 mg dalam sekali minum dan berlangsung selama isolasi mandiri (10-13 hari), justru berisiko gagal ginjal dan batu ginjal,” ujar Diyan Setyaji dalam unggahan Twitternya @diyansetyaji.
Mengkonsumsi vitamin C dalam dosis tinggi beresiko meningkatkan produksi oksalat, yaitu pencetus batu ginjal. Namun, untuk penderita Covid-19, vitamin C justru dibutuhkan dalam dosis tinggi yakni 500 mg non-acidic setiap 12 jam selama 14 hingga 30 hari. Dan pastikan pula si pasien harus mengkonsumsi air putih yang cukup.
Ilustrasi vitamin (tribunnews.com)
“Benar bahwa penderita covid-19 membutuhkan asupan vitamin C yang lebih tinggi, tetapi tidak lewat suplemen minuman bersoda dengan kandungan vitamin C 1000 mg,” ujarnya.
Diyan Setyaji juga menyarankan untuk setiap orang mengkonsumsi vitamin C maksimal 90mg untuk pria dan 75mg untuk wanita. Apabila ingin mengkonsumsi vitamin C berbentuk minuman atau suplemen, maka dianjurkan untuk dipotong atau diminum setengahnya saja.
Ilustrasi buah jeruk (detikhealth.com)
Selain itu, asupan vitamin C juga bisa diperoleh dari mengkonsumsi buah-buahan. Dikutip dari DetikHealth, satu buah jeruk mengandung sekitar 54mg vitamin C. Itu artinya, bila mengkonsumsi 2 buah jeruk dalam sehari, maka kebutuhan vitamin C tubuh kita sudah terpenuhi.
Ilustrasi vitamin (tribunnews.com)