Jeremy Bassis, seorang profesor dalam bidang teknik iklim dan ruang angkasa, baru saja menemukan sebuah penelitian bahwa gletser kiamat yang ada di Antartika Barat akan runtuh.
Ia menggambarkan bahwa es layaknya kue dadar yang berleleran di penggorengan. Apabila es tersebut menyebar dan menipis, maka proses peruntuhan pun akan semakin cepat.
Ia juga menjelaskan bahwa ketinggian tebing es telah berada di titik tertentu dan kapan saja bisa hancur akibat berat yang dimiliki tebing itu sendiri. Sedangkan, gletser yang ada di Antartika Barat tersebut berukuran Florida, yakni sekitar 74.000 mil persegi. Dan ukuran ini dianggap mencapai titik yang dapat mengabikabtkan keruntuhan.
Menurut penelitian, memprediksi gletser merupakan hal yang rumit. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi seperti tekanan, pergeseran, perubahan suhu dan air, hingga aliran air cair.
Prediksi runtuhnya gletser Kiamat di Antartika Barat (cnnindonesia.com)
Alhasil, keruntuhan gletser kiamat diprediksi akan terjadi pada hitungan dekade hingga abad. Sedangkan para peneliti masih melakukan upaya untuk mendapatkan prediksi yang lebih akurat.
Runtuhnya gletser kiamat memang cukup mencemaskan. Apalagi, para peneliti mengungkapkan bila gletser kiamat runtuh, maka permukaan laut akan naik 3 kaki atau sekitar 1 meter. Selain itu, ini juga akan berdampak pada perubahan iklim yang buruk dan juga laut.
Prediksi runtuhnya gletser Kiamat di Antartika Barat (cnnindonesia.com)
Sedikit informasi, gletser sendiri merupakan bongkahan es yang sangat tebal dan besar yang terbentuk di atas permukaan tanah yang diakibatkan oleh adanya endapan salju yang mengeras dalam waktu tertentu.
Sedangkan istilah gletser kiamat ditujukan untuk gletser Thwaites yang merupakan jenis gletser terbesar dan paling tak stabil di dunia.
Prediksi runtuhnya gletser Kiamat di Antartika Barat (cnnindonesia.com)