Setiap orang akan tumbuh dewasa pada waktunya. Sayangnya, ada beberapa dari mereka yang masih merasa dan bertingkah seperti anak-anak. Misalnya aja kamu punya pasangan tapi masih suka ngambekan atau punya temen yang baperan. Pasti nyebelin kan?
Kondisi ini sering disebut dengan sindrom Peter Pan. Sebenarnya, sindrom ini bukanlah sebuah gangguan mental yang mudah dikenali. Namun, sindrom Peter Pan akan berdampak pada hubungan dengan lingkungan sekitar. Kamu yang berhubungan dengan seseorang yang bersifat kekanak-kanakan pasti juga bakalan terdampak.
Nah, sebelum mengetahui apakah seseorang mengidap sindrom Peter Pan. Yuk, cari tau dulu apa sih sindrom Peter Pan itu?
Istilah sindrom Peter Pan diambil dari cerita fiksi yang cukup populer yakni Peter Pan yang akhirnya diangkat ke dalam film animasi. Sindrom Peter Pan juga diceritakan dalam sebuah buku berjudul Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up yang dirilis pada 1983 lalu.
Dalam cerita film Peter Pan, karakternya memang menolak untuk tumbuh dewasa dan pergi ke Neverland. Karena sindrom ini bukanlah sebuah kondisi penyakit yang dapat didiagnosis secara medis, tidak ada gejala yang mungkin bisa menggambarkan seseorang dengan sindrom Peter Pan ini.
Awalnya, sindrom ini memang difokuskan untuk jenis kelamin pria saja. Namun, sebuah studi menggambarkan bahwa sindrom ini bisa dijumpai juga pada perempuan.
Lalu apa saja tanda-tanda sindrom Peter Pan?
Meskipun tidak ada gejala medis, kamu tetap bisa melihat sindrom ini dari tanda-tanda yang dimunculkan oleh seseorang. Berikut ciri-ciri seseorang memiliki sindrom Peter Pan:
1. Terlalu bergantung dengan orang tua
Pemilik sindrom Peter Pan akan sangat bergantung kepada orang tua mereka, khususnya ibu. Mereka memiliki hubungan keterikatan yang berlebihan.
Dalam hal ini, seseorang akan terus meminta bantuan kepada ibunya dalam urusan emosional, sosial, hingga masalah keuangan. Nggak jarang ditemukan pria yang masih perlu dibantu untuk urusan keuangan, meskipun pria tersebut sudah berkeluarga.
2. Sulit bergaul dengan orang lain
Orang yang belum dewasa akan lebih suka menghabiskan waktu sendiri. Mereka menghindari hubungan sosial karena enggan menerima kritik dari orang lain terhadap apa yang dilakukannya.
Biasanya, orang dengan sindrom Peter Pan akan menganggap orang lain memiliki pengaruh buruk kepada dirinya atau orang-orang di dekatnya.
Adapula yang 'menolak' dewasa enggan pergi bersama teman, menghadiri pertemuan keluarga, atau acara-acara bersama rekan kerja lainnya. Jika pun datang, mereka akan sulit bergaul dengan banyak orang.
Ilustrasi Pria Dewasa Kekanak-kanakan (Viva)
3. Tidak konsisten dalam bekerja
Satu hal yang paling terlihat jelas, pemilik sindrom Peter Pan akan meninggalkan pekerjaan mereka hanya karena bosan, terlalu berat, hingga stres. Sebagian dari mereka juga enggan mengejar peluang promosi untuk jabatan yang lebih tinggi.
Selain itu, para Peter Pan akan cenderung berpindah dari satu bidang ke bidang lain tanpa mendalami satu bidang tertentu.
Lebih parahnya lagi jika mereka mendapatkan sokongan finansial dari orangtua, keluarga, atau teman dekat. Si Peter Pan akan semakin sulit untuk mau berjuang demi hidupnya sendiri.
4. Tidak peduli dengan urusan rumah
Penderita Sindrom Peter Pan akan sangat kesal saat diminta membersihkan rumah. Sederhananya, penderita sindrom tidak ingin dewasa ini akan menolak untuk membantu memasak, mencuci piring, atau mencuci pakaian kotor mereka sendiri.
Mereka akan sangat kesal jika harus melakukan hal tersebut. Seandainya dilakukan pun, mereka harus diberi kompensasi untuk melakukan semua tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab dia.
Lebih parahnya lagi, para Peter Pan tidak mau membayar tagihan rutin yang dibebankan kepadanya. Mereka akan selalu merasa kalau itu bukanlah tanggung jawab mereka.
5. Tidak bisa mengurus dirinya sendiri
Salah satu ciri dari mereka yang belum dewasa adalah minimnya kesadaran untuk merawat diri. Mereka akan selalu lupa untuk menyikat gigi pada malam hari atau mencukur rambut saat sudah sangat berantakan dan tidak teratur.
Sebagian dari mereka yang tidak ingin tumbuh dewasa pun akan kebingungan untuk berpakaian dalam sebuah situasi. Mereka butuh diberi tahu pakaian apa yang pantas dikenakan saat pergi kondangan atau reuni SMA. Tidak jarang, mereka akan menolak saat diberi tahu.
6. Terlalu narsis dan mau menang sendiri
Orang dengan sindrom Peter Pan akan menganggap kegagalan adalah kesalahan orang lain. Mereka pun akan takut apabila mendapatkan kritik negatif atau terlibat konflik dengan orang lain. Namun, mereka pun akan sangat tidak empati kepada orang lain.
Mereka pun akan mencari pencapaian dengan caranya sendiri dan menganggap hal itu sudah sangat layak untuk dihargai. Penderita sindrom Peter Pan senang mencari sensasi dan perhatian orang lain untuk menghindari tantangan baru yang mungkin dia terima.
7. Kurang bisa mengatasi stres
Penderita sindrom peter pan tidak bisa menghadapi stres. Saat stres, penderita sindrom Peter Pan cenderung lepas dari tanggung jawabnya.
Mengatasi stres bisa dilakukan dengan melakukan berbagai aktivitas. Sayangnya, pemilik sindrom Peter Pan lebih memilih aktivitas yang bisa membuat mereka lepas dari tanggung jawab atau perasaan lainnya.
Banyak orang dewasa yang memilih pergi bersama teman agar mereka bisa bercerita tentang masalah mereka. Para Peter Pan ini akan memilih menghindari kerumunan dan hidup di dunianya sendiri. Salah satu bentuk pelarian para pemilik sindrom Peter Pan adalah bermain game saat mereka stres.
Apa saja faktor penyebab sindrom Peter Pan?
Sindrom Peter Pan tidak lahir begitu saja. Sindrom ini terjadi karena adanya faktor kebiasaan dan lingkungan yang membentuk karakter seseorang. Berikut beberapa penyebab yang menimbulkan seseorang memiliki sindrom Peter Pan:
- Orangtua yang terlalu memberikan kebebasan
Banyak orang tua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anaknya untuk tumbuh seperti yang mereka mau. Mereka pun tidak pernah mengajarkan bahwa setiap langkah yang diambil akan ada konsekuensinya. Hal ini yang membuat anak-anak yang tumbuh dewasa merasa selalu ada yang akan membantu mereka saat kesulitan.
- Orangtua yang terlalu mengekang
Terlalu bebas tidak baik, terlalu mengekang pun akan menyebabkan anak-anak mengalami sindrom Peter Pan. Orangtua yang terlalu mengekang akan sangat takut anak-anaknya kesusahan di masa depan hingga mereka meminta anak-anaknya tidak melakukan apa pun. Hasilnya, para Peter Pan merasa mereka tidak perlu melakukan semuanya sendiri sampai dewasa.
- Faktor ekonomi
Sindrom Peter Pan juga bisa membuat seseorang tidak ingin dewasa dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Sedikitnya kesempatan dan peluang untuk maju juga kadang menghilangkan motivasi orang untuk mengejar karier mereka.
Apakah ada manfaat saat seseorang memiliki sindrom Peter Pan?
Biarpun sebenarnya sindrom Peter Pan ini banyak sisi negatifnya, memiliki sifat kekanak-kanakan terkadang juga dibutuhkan. Mereka yang menikmati pola pikir sebagai seorang anak-anak bisa menurunkan kadar stres dan menjaga kesehatan emosionalnya lebih lama.
Selain itu, para pemilik sindrom ini pun akan mendorong seseorang menikmati hal-hal kecil dalam hidup. Banyak dari mereka juga yang akhirnya sangat penyayang dan membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman.
Asalkan tidak berlebihan, sesekali menjadi karakter Peter Pan mungkin perlu dilakukan. Jika sudah mengabaikan tanggung jawab, hal itu yang perlu dihindari.
Sesekali menjadi anak kecil itu menyenangkan kok. Nggak punya banyak pikiran dan bisa melakukan apa yang ia senangi tanpa harus memikirkan orang lain.
Ilustrasi Pria Dewasa Kekanak-kanakan (Liputan6.com)