Filosofi Ondel-Ondel, dari Ikon Betawi hingga Unsur Dewa Hindu

Ondel-ondel adalah kesenian khas masyarakat Betawi yang sudah dianggap sebagai ikon DKI Jakarta. Namun tahukah kamu bahwa kesenian ini ternyata memiliki filosof yang mendalam?

Ibukota Indonesia, Jakarta, sangat terkenal dengan kesenian ondel-ondelnya. Kesenian khas masyarakat Betawi ini sudah dianggap sebagai ikon kota tersebut. Budaya ini sebenarnya sudah cukup lama digunakan oleh masyarakat Betawi, terutama saat acara-acara besar. Tak jarang pula kesenian ini dipakai untuk pertunjukan hiburan.

Namun ternyata ondel-ondel tidak langsung tercipta begitu saja. Ada sejarah panjang yang menyertai keberadaannya sebagai kesenian khas masyarakat Betawi. Dalam buku yang berjudul Mengenal Kesenian Nasional 6: Ondel-ondel, yang ditulis oleh Kustopo, disebutkan bahwa ondel-ondel sudah ada sejak sebelum tahun 1600 Masehi.

"Bukti ini tercatat dalam buku perjalanan yang ditulis seorang pedagang dari Inggris yang bernama W Scot. Ia menulis adanya sebuah kebudayaan yang unik yang berbentuk boneka raksasa, yang dipertunjukkan oleh masyarakat Sunda Kelapa dalam sebuah upacara adat," tulis Kustopo.

Menurut Kustopo, W Scot kala itu tidak menyebutkan nama boneka raksasa itu. Namun beberapa petunjuk mengindikasikannya sebagai ondel-ondel. Kustopo juga menuliskan bahwa menurut cerita turun menurun dari sesepuh adat suku Betawi, ondel-ondel diciptakan oleh nenek moyang suku Betawi untuk keperluan adat tolak bala penyakit yang menyerang suatu perkampungan.

Ondel-Ondel (Kompas)

Sejarah lain menyebutkan bahwa ondel-ondel diduga sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan pada mulanya dipengaruhi oleh agama Hindu-Jawa. Ondel-ondel diduga gambaran dari Dewa Brahma, Visnu, Siwa dan istri-istri mereka. Ondel-ondel dan dipersembahkan sebagai hadiah saat orang Betawi berkunjung ke daerah lain.

Pendapat berbeda justru dikemukakan oleh Mita Purbasari Wahidayat dalam disertasinya yang berjudul “Ondel-Ondel Sebagai Ruang Negosiasi Kultural Masyarakat Betawi” (2019). Mita menyebutkan bahwa ondel-ondel pada zaman dahulu disebut sebagai Barongan. Barongan awalnya digunakan untuk sektor agraris. Namun seiring berjalannya waktu, ondel-ondel menjadi ikon Jakarta dikarenakan pada saat itu sektor industry dan hiburan mulai memasuki kota Jakarta.

Ondel-Ondel (Kabar Travel)

Sebenarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan boneka raksasa ini muncul dalam masyarakat Betawi. Namun diduga Barongan ini sudah ada sejak abad ke -7 di Banten. Pada saat itu seorang pedagang Belanda melihat sebuah iring-iringan mengantarkan Pangeran Jayakarta Wijaya Krama merayakan upacara sunatan Raja Banten yang kala itu berusia 10 tahun. Iring-iringan itu selain mebawa banyak hadiah juga menyertakan dua buah boneka raksasa yang dianggap perwujudan danyang desa penolak malapetaka.

Kemiripan Barongan Betawi dengan Barong Bali diasumsikan mendapat pengaruh besar dari masyarakat Bali yang kala itu banyak datang ke Batavia untuk menetap. Barongan Betawi yang muncul pada saat masyarakat Betawi masih percaya dengan keyakinan bahwa segala yang besar memiliki kekuatan yang tidak terbatas. Hal ini yang menyebabkan bahwa didalam Barongan itu terdapat unsur magis.

Ondel-Ondel (istimewa)