Cara Unik Gibran Rakabuming Menyelesaikan Masalah Warga: Tinggalkan Mobil Dinas

Gibran Rakabuming Raka punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah. Baru-baru ini dia sengaja meninggalkan mobil dinasnya di lokasi konflik selama beberapa hari.

Setiap kepala daerah pastinya punya cara sendiri untuk menyelesaikan masalah, termasuk Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Ada cerita unik yang terjadi ketika putra Presiden Jokowi itu meninjau tentang masalah perusakan makam di TPU Cemoro Kembar Keluraha Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.

Gibran sengaja meninggalkan mobil dinasnya di lokasi tersebut selama beberapa hari. Putra sulung dari Presiden Jokowi ini rupanya sengaja melakukannya agar kejadian yang sama tidak terulang.

Hal ini sebagaimana yang disampaikan Gibran bahwa ia akan mengambil mobil dinasnya ketika permasalahan tersebut selesai. Dia juga mengatakan bahwa tidak ada pesan khusus yang ia tinggalkan terkait dengan mobilnya yang ia tinggalkan di sana.

“Pesan apa? La wong pesan ya tinggal WA (kalau pesan ya tinggal WhatsApp). Pesan kok ninggali (meninggalkan) mobil,” ungkap Gibran ketika diwawancarai. Gibran juga membantah ketika ditanya apakah dengan meninggalkan mobil di lokasi ia juga berpesan kepada masyarakat sekitar agar lebih berhati-hati.

Gibran Rakabuming Raka (via Gesuri)

Gibran ternyata tidak hanya sekali ini melakukan hal seperti itu. Ia pernah juga melakukan hal yang sama yaitu meninggalkan mobil dinasnya di Kantor Kelurahan Gajahan ketika ia mencopot Lurah Gajahan karena telah menandatangani surat penarikan infak kepada pedagang di kawasan Pasar Kliwon.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, terjadi perusakan belasan makam di TPU Cemoro Kembar Kampung Kenteng, Kelurahan Mojo Kecamatan Pasar Kliwon. Makam tersebut dirusak oleh sejumlah orang dan kini telah ditangani oleh pihak yang berwajib. Bahkan pelaku yang masih dibawah umur juga tetap ditindak untuk dimintai pertanggungjawabannya.

Gibran Rakabuming Raka (via Kompas)

Gibran Rakabuming Raka juga telah menutup tempat pembelajaran informal yang ada di kawasan tersebut karena di lembaga nonformal itulah para anak-anak ini diajarkan untuk merusak makam.

Gibran Rakabuming Raka (via Yogya News)