Beredar video dokumentasi 26 tahun lalu mengenai pidato Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto. Video dokumentasi tersebut diunggah oleh channel YouTube HM Souharto dengan judul:
"Temu Wicara Presiden Soeharto saat Pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian Pengamalan Nilai Kepahlawanan".
Dalam video tersebut kita bisa melihat langsung pidato dan kekhawatiran Soeharto tentang masa depan Republik Indonesia.
Diketahui video tersebut diambil di Surabaya, pada 23 November 1995, atau 26 tahun silam. Pada pidato tersebut Soeharto menyampaikan prediksi bila kedepannya Indonesia harus mempersiapkan generasi penerus bangsa.
Penerus bangsa tersebut disiapkan bukan saja untuk membangun negeri tetapi juga menghadapi segala cobaannya. Salah satu yang harus dipersiapkan di antaranya adanya liberalisasi.
Maksud dari liberalisasi itu sendiri adalah adanya perdagangan bebas di dunia.
Terhitung pada saat pidato itu disampaikan, artinya selama 26 tahun lagi Indonesia sebagai negara berkembang harus siap.
Menurutnya, anak-anak, remaja atau pelajar pada saat itu harus sudah disiapkan. Para pelajar diibaratkan sebagai bibit, ditanam untuk mencintai tanah air. Dalam konteks ini, kata Soeharto, termasuk belajar mencintai produk dalam negeri.
Bila suatu saat dalam rangka mempersiapkan kompetisi persaingan dengan bangsa asing masih kurang dan tak sempurna. Maka dalam menghadapi persaingan itu hanya ada satu jalan.
"Maka hanya dengan mencintai tanah air, para remaja yang akan hidup di tahun 2020 akan menjadi benteng, untuk mempertahankan dari pada keberlangsungan hidup negara dan bangsa," ucap Soeharto dalam video tersebut.
Lebih lanjut, Soeharto mengingatkan semestinya para pemuda yang mencintai tanah air juga mencintai produk dalam negeri. Namun juga para pemuda tertarik dengan produk luar negeri, maka akan hancur sebuah negara.
"Jika pemuda nanti kesemsem dengan produk yang murah namun hasil produksi luar negeri atau impor, hancur daripada bangsanya. Karena produk dalam negeri tidak ada yang beli, pabriknya tutup, lantas semuanya tidak bisa bekerja, tidak bisa makan," lanjutnya.
Mencintai tanah air dan mencintai produk lokal inilah yang menurutnya menjadi kunci dan kekuatan yang harus disiapkan. Semua pendidikan hingga perguruan tinggi harus mampu mempersiapkannya, bukan karena curang, tetapi untuk menyelamatkan negara.
Soeharto saat itu yakin bahwa Indonesia akan mampu bersaing dengan perdagangan global tersebut. Seandainya tidak, senjatanya adalah timbulkan jiwa nasionalisme. Namun, seandainya tidak, senjatanya adalah timbulkan jiwa nasionalisme.
Awalnya dalam video itu presiden kedua RI Soeharto memberikan penjelasan tentang peran kepemudaan. Ia menyampaikan tujuan pemuda bangsa untuk digodok menjadi generasi emas dan menjadi kader-kader bangsa.
Presiden Soeharto saat Memberikan Pidato (Bisnis.com)
Menurutnya hal itu sudah ia lakukan, agar pemuda menjadi kader-kader yang turut mempersatukan bangsa. Soeharto pun mengaku bahwa pihaknya sudah menyebarkan para pemuda di tiap-tiap provinsi.
Ia menjelaskan artinya setiap pemuda yang tersebar itu memiliki mata dan telinga untuk mengetahui seluruh wilayah Indonesia.
Lantas menurutnya, bila para pemuda itu berkumpul kemudian berdiskusi dan bertukar pengalaman, setiap pemuda mewakili suara dan aspirasi rakyat setelah ia melihat pengalaman di daerahnya masing-masing.
Kebudayaan maupun kekuatan yang ada di masing-masing provinsi untuk dianalisa. Kemudian dari situlah akan ditemukan hasil dan cara terbaik.
"Yang penting yang pertama, karena akan timbul jiwa kepahlawanannya jika mencintai tanah airnya," ujar Soerhato.
"Jika sudah mencintai tanah airnya, tidak akan melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemuda untuk dapat mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara dalam keadaan membangun, apalagi dalam keadaan bahaya," lanjutnya.
Setelah itu, Soeharto menjelaskan prediksi bahwa para pemuda bangsa itu pun harus menghadapi liberalisasi atau perdagangan dunia.
Lebih lanjut, Soeharto menyebutkan bahwa negara Indonesia harus belajar dari negara maju lainnya. Selama ini bangsa Indonesia hanya bisa memproduksi dan menjual bahan pangan sedangkan negara maju sudah bisa mengemasnya dengan baik sehingga menambah nilai produksi yang jumlahnya tidak sedikit.
Syarat untuk menuju negara maju adalah tidak boleh malas serta memperbaiki sistem pendidikan demi pembangunan jangka panjang. Sebab, pendidikan menjadi kunci membentuk kualitas manusia atau SDM.
Memperbaiki sistem pendidikan bisa dilakukan dengan menerapkan nilai kepahlawanan melalui mata pelajaran sejarah. Dengan mengetahui sejarah pahlawannya, maka pemuda Indonesia akan merasa bangga sebagai keturunan bangsa yang punya daya juang besar sejak nenek moyang.
Ketika generasi muda sudah punya pemikiran mandiri, maka mereka akan punya inisiatif untuk membangun lapangan kerja. Tak sekadar mengandalkan pemberian negara.
Jika dilihat di akhir tahu 2021 ini, sebagian besar harapan Bapak Soeharto memang sudah banyak yang berjalan meski belum semuanya. Banyak pemuda yang telah punya sikap mandiri dengan membangun usaha dan membuka lapangan pekerjaan.
Namun tak jarang pula masih banyak pemuda yang menganggur meski telah memperoleh pendidikan tinggi. Hal tersebut tentunya tidak lepas karena belum semua dari kita punya tekad dan daya juang yang tinggi.
Lantas mau kapan untuk membuat Indonesia menjadi negara maju kalau tidak semua pemudanya punya kesadaran. Semoga dengan mendengar atau membaca pidato Mantan Presiden RI, Soeharto, mata, hati, dan telinga kita para pemuda menjadi semakin terbuka.
Mulai dari siapa? Ya, mulai dari kamu. Iya, kamu!
Mantan Presiden Soeharto (Gurindam.id)