Banyak yang bilang kalau menikah itu murah karena sebenarnya cuma perlu ke Kantor Urusan Agama (KUA) atau gereja. Namun, ada beberapa orang yang nggak akan setuju dengan ungkapan tersebut. Sebab orang yang tinggal di daerah tertentu apalagi yang adat istiadat daerahnya masih kental, menikah menjadi perkara yang mewah dan mahal. Bukan hanya karena pestanya, tapi juga untuk membeli mahar yang dipersembahkan kepada pihak perempuan.
Mahalnya harga mahar pun bervariasi, tergantung daerah dan adatnya. Nggak semua menerima dalam bentuk uang lho, ada juga yang menerima dalam bentuk barang yang harus ditebus dengan harga mahal.
Penasaran nggak daerah mana aja yang punya aturan mahar 'mahal'? Intip yuk mahar-mahar daerah yang harganya selangit ini!
1. Suku Bugis
Pertama, ada Suku Bugis, Makassar. Suku Bugis mengenal istilah ‘uang panai’ sebagai mahar. Besarnya pun menyesuaikan tingkat pendidikan calon istri, semakin tinggi jelas makin mahal.
Maksud dari uang panai sebenarnya adalah uang belanja. Nilai yang diberikan pada pihak perempuan besar dan tak tanggung-tanggung, tergantung dengan tingkat pendidikan si perempuan. Buat yang sudah lulus S1, uang panai bisa sampai Rp100 juta, lho gengs.
Dilansir dari Kompas, Senin (21/6/2021) uang ini diminta pihak perempuan kepada pihak laki-laki sekaligus sebagai bukti kesungguhannya untuk menikah. Selain itu, diharapkan ketika mengingat susah payahnya mendapat uang panai, pihak pria nggak mudah menceraikan istrinya.
2. Suku Banjar, Kalimantan Selatan
Sedangkan orang Banjar yang ada di Kalimantan Selatan mengenal mahar dengan istilah ‘jujuran’ dalam wujud uang atau emas.
Jujuran dalam adat orang Banjar jadi salah satu agenda wajib pada prosesi pernikahan. Sebelum menikah dan setelah melamar, pembicaraan soal besar mahar atau jujuran dimulai. Nilainya bisa sangat besar lho, gengs. Mirip seserahan, nantinya keluarga pihak pria datang ke pihak perempuan untuk memberikan jujuran tersebut.
Menurut beberapa sumber, jujuran juga bisa digunakan sebagai bukti atau menunjukkan seberapa besar kesungguhan pihak laki-laki mempersunting kekasihnya.
3. Suku Sasak, Lombok, NTB
Bukan cuma pakai status sosial, tingkat pendidikan, dan pekerjaannya, tapi ada juga mahar yang dihitung berdasarkan jarak rumah. Hal ini dilakukan sesuai dengan adat Suku Sasak di Lombok, NTB.
Bagi suku Sasak, pemberian mahar harus disesuaikan dengan jarak rumah. Dilansir dari CNN Senin (21/6/2021), sebelum menikah, pihak pria harus menculik calon istrinya. Kemudian, keluarga pria akan datang ke rumah keluarga wanita untuk memberitahukan kalau wanita itu ada di rumahnya.
Selanjutnya akan berlangsung tawar-menawar mahar. Mahar ditentukan berdasarkan jarak rumah. Selain itu, wujudnya bukan uang tapi justru sapi, kerbau, atau beras.
4. Aceh
Orang Aceh mengenal mahar dengan nama ‘mayam’ yang bentuknya adalah emas. Mayam sebenarnya adalah emas dengan ukuran.
Bagi orang Aceh, untuk menikah diperlukan mahar berupa ‘mayam’. Satu mayam setara dengan 3,33 gram emas. Kebanyakan pihak lelaki memberi 3–30 mayam kepada pihak perempuan. Bisa dihitung kan, itu kira-kira setara dengan berapa rupiah uang?
5. Padang Pariaman
Ilustrasi Tradisi Uang Panai Suku Bugis Makassar (IDN Times)
Dalam pernikahan, tak hanya pihak lelaki yang mengeluarkan 'harta' sebagai mahar. Salah satunya di daerah Padang Pariaman, malah perempuan yang memberi mahar ke pihak pria. Mahar tersebut diberi nama ‘japuik’. Bisa dalam bentuk uang atau benda.
Mulainya mempelai pria akan dijemput secara adat oleh mempelai wanita. Saat menjemput ini, ada syarat berupa japuik yang harus dipenuhi berupa uang atau barang yang diberikan mempelai wanita ke pihak mempelai pria. Besarnya sih sesuai kesepakatan dan berdasarkan status adat sang pria.
Hal tersebut bukanlah hal yang harus diperdebatkan melainkan bisa jadi motivasi buat para pria untuk bekerja lebih keras lagi demi mendapatkan wanita pujaan hatinya. Jadi, mulai sekarang fokus nabung buat menikah aja ya. Hihihi
Ilustrasi Tradisi Uang Japuik Adat Padang Pariaman (Pinterest)