Surabaya atau Blitar, Sebenarnya Soekarno Lahir di Mana?

Ada beberapa perbedaan versi terkait di mana Soekarno dilahirkan. Ada yang menyebut Surabaya, ada pula versi lain yang menyebut Blitar. Mana yang benar?

Bulan Juni tidak hanya ditandai sebagai hari lahirnya Pancasila, melainkan juga kelahiran sang pencetus, yaitu proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Soekarno. Selama ini, sejumlah versi sejarah menyebut bahwa beliau lahir pada 6 Juni 1901. Namun, ada beberapa pendapat lain yang berbeda versi.

Soekarno sendiri mengaku lahir pada tanggal 6 Juni 1901. Hal ini tertulis dalam buku biografi yang ditulis oleh Cindy Adams, berjudul Soekarno Penyambung Lidah Rakyat.

"Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal enam, bulan enam," tulis buku tersebut. Dia juga bilang, "Karena aku dilahirkan di tahun 1901," kata Presiden Pertama Indonesia itu. Dalam buku itu, Soekarno mengaku lahir saat fajar, sehingga kemudian banyak yang menyebutnya "Putra Sang Fajar".

Dalam buku biografi tersebut Soekarno juga mengaku lahit di Surabaya bukan Blitar. Meski begitu, versi yang selama ini beredar pada masa era Orde Baru menyebutkan jika Soekarno lahir di Blitar, Jawa Timur. Namun, bukti dokumen memperlihatkan pernyataan berbeda dari versi kelahiran Soekarno pada 6 Juni 1901.

Perbedaan tanggal dan tempat kelahiran Soekarno sampai saat ini masih menjadi polemik yang bahkan melibatkan Presiden Joko Widodo. Polemik itu terjadi ketika Presiden Jokowi berpidato dalam peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2015 di kota Blitar Jawa Timur. Dalam pidatonya, Jokowi menyebut bahwa Soekarno lahir di Blitar, padahal proklamator kemerdekaan Indonesia itu lahir di Surabaya.

Berbeda dengan Cindy Adams, Lambert Giebels dalam bukunya, Soekarno, Biografi Politik 1901-1950, menyebut Bung Karno dilahirkan di Jalan Pasar Besar, Surabaya. Buku otentik yang memuat data pribadi Soekarno saat kuliah yang dimiliki oleh Bambang Eryudhawan, seorang arsitek dan pemerhati sejarah.

Soekarno (Istimewa)

Menurut Bambang, dalam dokumen tersebut nama yang tertulis adalah "Raden Soekarno", bukan "Koesno" yang merupakan nama lahir Soekarno.

"Soekarno ada di nomor urut 55. Dia masuk TH Bandung pada 1921, artinya setahun setelah TH didirikan," ujar Bambang yang dikutip oleh Histori.

Peneliti lembaga Institut Soekarno, Peter A Rohi, menyatakan bahwa terjadi kesalahan dalam penerjemahan biografi yang ditulis oleh Cindy Adams itu, yang kemudian menyebut Soekarno lahir di Blitar. Selain itu,Peter juga menyebut semua biografi Soekarno yang terbit sebelum 1966 menulis Surabaya sebagai tempat kelahiran pria yang bernama asli Koesno Sosrodihardjo itu.

Soekarno (via Kompas)

Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said juga menyebut sangat sulit untuk meluruskan kesalahan sejarah pada masa Orde Baru. Apalagi, pengetahuan bahwa Soekarno lahir di Blitar juga masuk ke ranah pendidikan formal. Hingga saat ini belum diketahui alasan penyebutan kota Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno.

Pemerintah kota Surabaya sendiri telah menyatakan bahwa sebuah rumah di kawasan Peneleh, Surabaya sebagai tempat lahir Soekarno. Kemudian pada tahun 2013, Pemkot Surabaya menjadikan rumah itu sebagai bangunan Cagar Budaya. Penetapan berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013.

Soekarno (Istimewa)