Begini Pengalaman Orang-Orang yang Pernah Dikira Miskin Padahal Aslinya Orang Kaya

Begini Pengalaman Orang-Orang yang Pernah Dikira Miskin Padahal Aslinya Orang Kaya

Sering kali kita menilai seseorang dari apa yang kita lihat. Misalnya, kamu melihat seseorang datang ke kampus sambil mengendarai mobil. Mungkin kamu akan mengira orang tersebut adalah orang yang kaya raya karena beda sendiri dari teman-temanmu yang cuma bawa motor ke kampus.

Padahal, bisa aja mobil tersebut bukan milik pribadinya. Entah punya temannya atau mungkin om atau tantenya. 

Begitupun sebaliknya, kamu pernah ketemu orang yang mungkin penampilannya nggak menarik sama sekali. Kemana-mana cuma pakai sendal jepit harga 20 ribu-an. Dan kamu berpikir kalo orang tersebut datang dari keluarga yang ekonominya rendah. Padahal faktanya, bisa aja orang itu sebenarnya kaya banget, tapi ingin tampil sederhana aja.

Nah, hal-hal kayak gini ternyata cukup sering dialami oleh beberapa orang. Seperti seorang pria bernama Dicky Arisandi yang bekerja sebagai seorang tax auditor di Direktorat Jenderal Pajak. Ia membagikan ceritanya ketika direndahkan oleh orang lain hanya karena penampilannya yang sederhana. Begini kisahnya.

“Sebenarnya saya juga bukan orang kaya, lumayan lah. Tapi karena memang saya tidak terlalu suka yang neko-neko jadi sering mendapatkan perlakuan kurang baik”, jelasnya.

“Dulu waktu saya di Makassar saya pernah ke babyshop yang cukup terkemuka dengan pakaian biasa aja kemudian naik motor sama anak istri. Begitu masuk tidak dilayani, tanya barang dijawab ketus. Saya senyumin aja sambil belanja banyak”, katanya.

Ilustrasi orang yang membawa kendaraan mobil (kompas.com)

Kemudian, ia juga bercerita ketika masuk ke sebuah perumahan elit menggunakan motor butut, seketika ia dicegat oleh satpam untuk meninggalkan KTP karena disangka seorang kurir. 

“Terakhir belum lama saya pergi ke suatu perumahan elit, menggunakan motor butut di poin pertama dan jaket yang lagi-lagi biasa aja. Mobil dan motor di depan melenggang dengan biasa saja melewati pos keamanan, begitu saya yang lewat langsung diteriaki satpam: Woy mas berhenti! Kurir kalo masuk ninggal KTP, kurir baru ya kamu? Sambil "mengeplak" mesra helm saya,” ungkapnya.

Ilustrasi orang-orang yang dianggap remeh (unsplash.com)

“Padahal beliau tidak tahu, saya kesitu mau test drive mobil bekas yang mau saya beli, kebetulan pemiliknya tinggal di perumahan elit tersebut. Akhirnya sampai di rumah mewahnya si-empunya mobil, nampaknya dia juga gak terlalu yakin saya mampu beli mobilnya,” lanjutnya lagi.

“Terlihat wajahnya penuh curiga, saya izin test drive aja dia minta ditemani 3 orang keluarganya, mungkin takut saya palak terus saya bawa kabur mengingat postur badan saya yang tinggi besar udah kayak begal jalan MERR. Begitu test drive keluar perumahan melewati pos satpam lagi, saya pun dengan PD-nya buka kaca sambil senyum-senyum ke satpam yang nyegat saya tadi. Eh bukannya mendapatkan pengakuan, satpam itu malah bilang ke yang punya mobil : "Baru pak?" sambil kepalanya menunjuk ke saya. "Uaseem dikira sopir!" Jadi kemarin itu di satu lokasi saya sudah dapat triple combo. Lagi-lagi cuma bisa disenyumin aja sambil ambil KTP yang ditinggal di pos tadi, hahaha”.

Lalu, ada juga kisah dari seorang wanita Nur Fuzia yang sempat dikira orang tak mampu oleh seorang temannya di SMA. Dia disarankan untuk mendaftarkan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) karena disangka tak sanggup membiayai sekolah.

“Saat SMA, waktu itu lagi heboh bantuan BOS.  Pokoknya hampir 1 kelas itu daftar biar bisa dapet bantuan. Bahkan ya, anak yang hp-nya suka ganti-ganti aja (waktu itu lagi musim Nokia qwerty dan baru akan beralih ke blackberry), anak-anak cowo yang bawa motor ninja aja sampe ikutan daftar”, kata Nur.

“Eh tiba-tiba ada salah satu temen aku cowo yang baru aja daftar bilang "daftar bos gih, kali aja butuh." Meskipun bilangnya sopan, tapi secara tidak langsung berarti aku dianggap tidak mampu. Padahal mah Alhamdulillah cukup buat aku sekolah, meskipun nggak cukup buat aku modis-modisan. Mungkin juga gara-gara waktu itu handphoneku cuman Nexian yg dibeliin bapak waktu kelas 2 SMP,” ujarnya seperti yang dilansir di Quora (24/4/2021).

Ilustrasi orang-orang yang dianggap remeh (unsplash.com)