Pecinta olahraga golf tentu tak asing lagi dengan istilah caddy atau pramugolf. Bagi yang belum tau, Caddy adalah para pria atau wanita yang bekerja membantu pemain golf di lapangan. Biasanya tugas mereka adalah mempersiapkan alat, mengambil bola hingga mengukur lapangan.
Namun sayangnya, profesi ini masih sering mendapat stigma miring. Berbagai citra buruk sering dialamatkan pada profesi caddy. Terutama para caddy wanita.
Banyak masyarakat yang menganggap pekerjaan tersebut mudah. Hanya bermodalkan fisik dan berdandan menor, mereka bisa mendapat uang yang banyak dari para pemain golf yang notabene rata-rata adalah pejabat dan pengusaha.
Padahal anggapan tersebut tak melulu benar, lho. Banyak caddy yang mengalami hal tidak menyenangkan saat bekerja. Lalu, seperti apa suka duka menjadi caddy atau pramugolf. Simak ulasannya di bawah ini ya.
1. Sering Dianggap sebagai Simpanan Pejabat dan Pengusaha
Wanita simpanan adalah salah satu citra yang melekat dengan profesi caddy atau profesi lainnya yang diidentikkan dengan wanita dengan penampilan dan jenis pekerjaan tertentu.
Fakta ini dibenarkan oleh SR (21), salah seorang caddy asal Cibubur. Ia terpaksa menjadi wanita simpanan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Apalagi seorang caddy perlu perawatan tubuh, makeup, dan pakaian. Bahkan saat ini ia mengaku menjadi simpanan empat pemain golf yang semuanya adalah anak pengusaha.
Tapi tak semua pramugolf seperti itu. Ada juga Rani Juliani, caddy yang dulu sempat heboh dikabarkan menjadi simpanan dan terlibat cinta segitiga dengan Nasrudin dan Antasari Azhar.
Salah seorang pramugolf lain mengeluhkan bagaimana sulitnya bekerja tanpa harus tenggelam dalam keadaan tersebut. Ia rela harus lari-larian di tengah terik matahari, hanya untuk mendapatkan uang tip 200 ribu.
2. Sering Menjadi Sasaran Pelecehan Seksual
Tak banyak yang tahu para wanita yang berprofesi menjadi caddy sering menjadi korban pelecehan seksual oleh beberapa oknum. Seperti pengakuan seorang ibu rumah tangga yang pernah menggeluti profesi tersebut selama tiga tahun.
Ia menuturkan, seorang pramugolf memang bisa mengenal banyak pengusaha asing dan pejabat negara. Tapi bukan berarti profesi ini tanpa risiko.
Ada beberapa pemain di lapangan yang sering bersikap kasar dan tidak sopan. Tak jarang, ia dan rekan-rekan seprofesinya mendapat pelecehan secara verbal. Ditambah lagi, dengan perilaku para pemain yang suka memegang bagian tubuh tanpa seizin mereka.
Caddy Golf (Dailysia.com)
3. Jadi Pelampiasan Amarah saat Pemain Kalah
Nggak cuma sebagai sasaran pelecehan seksual, sebagai caddy, mereka dituntut untuk bisa menghadapi berbagai perlakuan kasar dari para pemain golf. Mereka harus bisa menahan cacian, makian, lemparan stik golf hingga kepalan tangan sang pemain.
Apalagi jika sang pemain sedang taruhan dengan temannya, pramugolf harus berpikir keras agar pemain tersebut menang. Sebab jika kalah, pemain akan melampiaskan amarah pada yang bersangkutan dengan melontarkan kata-kata kasar hingga melakukan kekerasan secara fisik.
Seorang caddy menceritakan pengalaman tak mengenakkan saat ia merasakan lemparan stik pemukul golf dari pengusaha asal Korea, karena dirinya tak sengaja menjatuhkan stik golf sang pengusaha tersebut. Bahkan caddy lain pernah merasakan pukulan tangan dari pemain, karena salah menuliskan perolehan angka di kartu skor.
4. Mendapat Perlakuan Tak Adil dari Pihak Pengelola
Dalam profesi ini, ada perlakuan yang cenderung pilih kasih antara caddy favorit dan yang tak menjadi langganan. Para caddy favorit bisa datang sesuai dengan keinginan mereka, tanpa mematuhi jadwal yang ditentukan perusahaan.
Profesi ini memang tidak memiliki gaji tetap per bulan. Mereka hanya dibayar berdasarkan berapa kali menemani pelanggan bermain.
Itulah suka duka menjadi seorang pramugolf yang ternyata tak seperti anggapan banyak orang selama ini. Semoga hal itu membuat kita sadar ada banyak orang yang tak bisa leluasa memilih pekerjaan karena himpitan ekonomi.
Jadi, kalau kita tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang sebuah profesi, sebaiknya nggak ikut-ikutan menjadi orang yang menjatuhkan mereka, karena nggak semua orang bisa disamaratakan. Semuanya kembali ke masing-masing orang.
Para Caddy Golf (YouTube)
Caddy Golf (VICE)