Bagi kamu yang suka atau pernah nonton film India, pasti pernah menemui tokoh seorang wanita atau janda dengan baju serba putih. Kok bisa ya? Begini faktanya.
Sistem kasta memang jadi suatu fenomena unik yang ada di India. Ya, pasalnya pembagian sistem masyarakat ini mengandung pro dan kontra. Ada yang setuju karena pembagian status yang jelas, namun ada yang tidak karena rawan terjadi diskriminasi untuk kasta rendah.
Tapi, satu hal yang pasti, sistem ini sejatinya sudah berlaku disana dan ada sejak sangat lama.
Nggak hanya soal kasta aja, ada hal lain di India yang menimbulakn pro dan kontra. Yaitu nasib para janda yang ditinggal mati suaminya. Hidup mereka akan jadi penuh nestapa memang, namun hal itu dilakukan untuk mengenanng pasangannya yang duluan pergi meninggalkannya. Lalu seperti apa nasib para janda itu? Simak ulasannya di bawah ini ya.
Menjadi janda di India adalah hal yang lumayan berat, karena masyarakat sosial akan menganggap hal itu kurang baik. Salah satunya yang harus dihadapi para janda di India adalah mengenakan pakaian atau sari putih seumur hidupnya.
Pakaian putih di India adalah lambang berkabung sebagai tanda duka cita bagi suami mereka yang mendahuluinya.
Selain memakai pakaian serba putih seumur hidup, para janda ini juga tak boleh memakai perhiasan atau aksesori lain, karena hal itu berhubungan dengan simbol pernikahan. Bisa dibilang kalau para janda ini harus membuang segala hal yang berhubungan dengan pernikahan dan kehidupan seorang istri.
Namun sayangnya, adanya simbol pakaian putih itu kadang juga jadi sebuah diskriminasi lantaran banyak orang atau pedagang yang enggan berinteraksi dengan pemakainya.
Nggak cuma itu aja. Satu hal yang sering dialami oleh para janda di India ini adalah meninggalkan kediamannya. setelah suami menjemput ajal, biasanya anggota keluarga akan membawa sang janda pada salah satu daerah di jalan Vrindavan. Di sanalah mereka akan menghabiskna masa-masa tuanya dengan para janda yang lain.
Para Janda India Memeriahkan Festival Holi (Liputan6.com)
Ada pula yang sengaja pergi dari rumah dan memilih datang ke sana sendiri lantaran tak kuasa mendapatkan tekanan dari sekitar. Dilansir dari laman BBC bahkan sebelum penjajahan Inggris ternyata sampai ada praktik Sati yang dilakukan.
Sati adalah upacara membakar diri untuk para janda menyusul kematian sang suami. Namun beruntung praktik seperti ini sudah tidak ada lagi saat ini.
Belum cukup sampai di situ, gengs. Rambut ibarat sebuah mahkota bagi seorang wanita. Namun, bagi para janda di India ini rupanya bisa jadi malapetaka.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kalau para janda wajib meninggalkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan. Nah, rambut juga salah satu hal yang wajib ditinggalkan.
Oleh sebab itu, masyarakat di Jalan Vrindavan ini berisi para janda yang kebanyakan memotong rambut mereka. Hal ini bahkan seolah jadi tanda pembeda antara perempuan yang sudah janda dengan yang masih menikah.
Para Janda India Mengenakan Pakaian Serba Putih dan Meninggalkan Rumah (Republika)
Lebih lanjut, lantaran jadi salah satu status sosial yang lumayan bawah, banyak ritual keagamaan yang tidak boleh mereka ikuti terutama di desa pedalaman. Aturan yang mengikat di sana sangat ketat.
Ada lagi nih, gengs. Seperti yang dilansir dari laman Grid, para janda ini juga diwajibkan untuk menjadi vegetarian alias nggak makan bahan makanan selain dari tumbuhan.
Lebih parah, mereka juga dilarang untuk datang ke acara pernikahan. Tentu hal ini dilakukan untuk menolak kesialan yang mungkin bisa datang pada calon mempelai.
Tapi jangan khawatir, di kota-kota hal ini jarang sekali dipraktikkan. Terutama di upacara Holi, di mana semua kasta dan status berbaur menjadi satu. Para janda ini juga banyak yang datang.
Meskipun nasib para janda ini penuh dengan nestapa, tapi keadaan di sana kini makin progresif. Pemerintah mulai melirik mereka dan memberikan bantuan secara tetap. Pun demikian dengan lingkungannya, meskipun jauh dari keluarga namun komunitas janda saling tolong-menolong satu sama lainnya.
Para Janda India yang Terlantar dan Dianggap Sebagai Nasib Buruk (Tribunnews.com)