Sejarah Warung Burjo atau WARMINDO di Jogja yang Semuanya Dikelola AA' Sunda, Bermulai dari Hanya Jualan Bubur Kacang Ijo

Sejarah Warung Burjo atau WARMINDO di Jogja yang Semuanya Dikelola AA' Sunda, Bermulai dari Hanya Jualan Bubur Kacang Ijo

Jogja memang identik dengan angkringan dan kerinduan. Tapi gak cuma angkringan yang ada di tiap sudut Jogja, melainkan warung burjo atau sekarang disebut Warmindo. 

Kalian yang lama tinggal di Jogja tentu sudah gak asing dengan Warung Burjo (Bubur Kacang Ijo) atau Warmindo (Warung Makan Indomie). Di warung ini kalian bisa makan nikmat dengan harga merakyat kapan pun! Sebab warung ini buka 24 jam.

Berbagai menu warung Burjo yang jadi andalan di Jogja adalah nasi telur, indomie goreng/rebus, mie dog dog, magelangan, dan bubur kacang ijo. Meskipun sekarang mulai jarang warung burjo yang jualan bubur kacang ijo. Itulah kenapa sekarang beralih nama jadi Warmindo.

Sebagai pecinta menu Warmindo, sudah tahu belum bagaimana sejarah warung Warmindo ini sampai bisa menjamur di Jogja, dan kenapa semua burjo dikelola oleh orang Sunda? Cari tahu bareng-bareng yuk!

# Asal-Usul Warung Burjo/ Warmindo di Jogja


Adalah Anggi, salah satu pedagang warung burjo di Sleman, Yogyakarta yang kemudian menceritakan asal mula warung burjo muncul di Kota Gudeg ini.

Anggi merupakan pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat lulusan SMA yang kemudian merantau ke Yogyakarta di tahun 2009 dan membuka warung burjo.

Anggi mengaku dulunya juga penasaran. Kenapa para pedagang Burjo di Jogja semua berasal dari kuningan. Ia akhirnya bertanya kepada orangtuanya yang juga memiliki usaha warung burjo.

Salah satu WARMINDO di Jogja (warmindo-restaurant.business.site)

Dari pertanyaan tersebut, orangtua Anggi kemudian bercerita. Bahwa dulu, ada orang Kuningan bernama Rurah Salim yang pertama kali berjualan bubur kacang hijau.

Rurah Salim kemudian merantau ke Jogja bersama istrinya pada tahun 1943. Ia berjualan burjo dengan cara dipanggul seperti tukang dawet.  

Setelah Indonesia merdeka, Rurah kemudian tidak lagi berjualan burjo dengan cara dipikul. Sebab ia lalu membuka kios.

Kala itu, Burjo buatan Rurah Salim memang banyak penggemarnya. Kiosnya pun kemudian diberi nama "Burjo" supaya orang-orang tahu apa yang dijual di warung itu.

Berbeda dengan warung Burjo sekarang yang justru berjualan macam-macam. Warung Burjo dulu justru hanya menjual bubur kacang ijo.

Anggi kemudian mengungkapkan bahwa tren warung burjo berjualan mie instan dan menu lain, dimulai sekitar tahun '90an.

Bubur kacang ijo khas warung burjo Jogja (travelingyuk.com)

# Kapan Mulai Disebut Warmindo?


Selain itu, Anggi juga mengungkapkan bahwa nama warung Burjo yang berubah menjadi Warmindo itu diganti setelah ternyata banyak warung Burjo yang tidak lagi berjualan bubur kacang ijo melainkan mie instan.

Penyebutan warungnya pun berbeda di wilayah barat dan timur jawa. 

"Kalau di bagian Indonesia Barat, Jawa Barat, Jakarta itu mereka nyebutnya warkop atau warung kopi. Nah, kalau semakin ke Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur itu nyebutnya burjo atau warmindo," kata Anggi.

Menu yang biasa ada di Warmindo (hipwee.com)