Horor Twitter: Beranak Dalam Kubur Part 2 (Final)

Kali ini ada sebuah kisah horor dari Twitter yang berjudul beranak dalam kubur.

Aku memilih tak ikut lelang dan bersegera pulang.

Aku berlari dengan senyum kebahagiaan.

Setibanya dirumah, aku memanggil nama Imah beberapa kali. tetapi, dia tak menyahut.

Aku mencoba masuk rumah dan mencarinya disetiap ruangan. tetapi, Imah tak ada.

Aku berpikir. Mungkin, Imah pulang kerumah orang tuanya.

Aku mandi dan berganti pakaian.

Aku bergegas keluar rumah dan menuju ke rumah mertua.

Sambil berjalan, aku berpapasan dengan beberapa orang.

Aneh, tatapan mereka seakan menyembunyikan sesuatu.

Aku tak menghiraukan mereka. Yang aku pikirkan sekarang adalah menemui Imah.

Tiba dirumah mertua. Aku mengetuk pintu rumahnya. Bu Rani (mertua) membukakan pintu.

Tatapan matanya sama seperti tatapan warga.

"Bu, Imah ada di sini?" tanyaku.

"Udah yuk, masuk dulu!" jawab Bu Rani menyuruhku masuk .Didalam rumah begitu ramai. Keluarga Besar Imah berkumpul.

"Ada apa Bu? Kok tumben pada kumpul?" tanyaku penasaran.

"Sebaiknya, Kau duduk terlebih dahulu!" ujar Bu Rani.

Semua mata tertuju padaku. Tatapan sedih memancar dari mata mereka. Aku bingung, sebenarnya apa yang sudah terjadi?!

"Kamu yang tabah, Istrimu sudah meninggal!" ujar Bu Rani.

"Tidak mungkin. Ibu berbohong kan?" tanyaku tak percaya.

Aku menangis begitu hebat. Aku tak percaya kalau Imah sudah meninggal. Mereka pun mendekat dan memelukku. Suara tangisan memecahkan suasana.

Ilustrasi (tokopedia.com)

Aku tak rela Imah meninggal, apalagi kandungnya sudah membesar. Tinggal menghitung hari Imah akan melahirkan.

Aku meminta salah satu dari mereka mengantarkanku ke kuburan Imah. Ternyata benar. Ada batu nisan yang bertuliskan nama Istri tercinta.

Aku kembali menangis dan memilih untuk tinggal. Aku ditinggal sendiri.

Tak terasa matahari mulai terbenam.

tetapi, aku enggan meninggalkan kuburannya dan memilih untuk bermalam di sini. Tidur disebelah kuburan Imah.

Singkat cerita ... .

Malam ini adalah malam ketiga aku tidur disebalah kuburan Imah.

Pukul 02.00 dini hari terdengar suara bayi menangis.

Aku mencari asal suara tersebut.

Suara itu terdengar dari dalam kuburan Imah.

Aku langsung berlari, meninggalkan kuburan dan menuju tempat pos kamling. Disitu ada 2 orang tengah berjaga. Aku mendekati kentongan dan memukulnya beberapa kali.

Dua orang tersebut bingung dan mencoba bertanya. tetapi, aku tak menghiraukannya.

Aku terus memukul dan warga pun mulai berkumpul.

Warga bertanya-tanya, mengapa aku memukul kentongan tersebut.

Aku menjelaskan kejadian kejadian aneh di kuburan Imah dan mereka tertawa. Mereka kira aku hanya membual dan ada pula yang bilang kalau aku sudah gila.

"Kalau kalian tak percaya. Ayo, kita bongkar kuburannya." ujarku.

Warga terdiam dan mereka saling menatap. Beberapa dari mereka memilih pulang dan beberapa masih ada di sini.

Aku meminta izin Kades untuk membongkar kuburan Imah. tetapi, dia menolak.

Bu Rani pun ada disitu. Aku juga meminta izin dari dia. Bu Rani hanya menggelengkan kepala sambil menangis.

Tak ada satupun dari mereka yang mau percaya.

Aku pun berlari pulang untuk mengambil cangkul.

Warga yang masih ada disitu mengejarku.

Cangkul sudah aku dapatkan dan bergegas pergi ke area pemakaman. Tampak beberapa warga masih mengejar.

Tiba di kuburan tempat Imah dikebumikan.

Aku mencangkul kuburan tersebut. Warga yang sudah menyusul mencoba menghentikanku. tetapi, mereka tiba-tiba terdiam kala mendengar suara bayi menangis.

Sebagian ada yang lari ketakutan dan sebagian ada yang tinggal. Aku terus mencakul.

Aneh, aku melihat Imah duduk selonjoran di atas ranjang tidur. Tangannya memegang bayi yang masih merah.

Kejadian tersebut membuatku dan orang yang melihatnya kaget tak percaya. Siapa yang membantunya melahirkan dan siapa pula yang meletakkan ranjang didalam kuburannya?!

Warga membantuku mengangkat keduanya.

Tatapan Imah kosong. Dia seperti boneka yang tak punya ekspresi.

Ilustrasi (Bookmyshow.com)

Tali pocong yang mengikat kaki dibuka. Imah bisa berjalan. Aku menggendong sang buah hati. Sedangkan Imah berjalan disampingku.

Hari berganti hari. Tatapan mata Imah tak kunjung berubah. Dia masih menatap kosong dan tak berbicara satu patah kata pun.

Rumah pun jadi ramai. Setiap hari banyak warga yang berkunjung.

Tepat hari ketiga. Imah kembali meninggal, begitu pun dengan si bayi. Kali ini aku ikhlas melepas kepergiannya. Kita kembali menguburkan jasad Imah ditempat yang sama. Sedangkan kuburan si kecil, berada disampingnya.

Tamat....

Ilustrasi (Dream.co.id)