Jaman dahulu, tokoh masyarakat biasanya datang dari ahli agama atau orang yang kuat. Orang yang kuat dalam arti punya ilmu kanuragan atau sakti. Tapi banyak juga orang sakti yang menggunakan kekuatanya untuk berlaku seenaknya. Gak takut sama hukum.
Salah satu orang yang kuat dan sakiti kala itu bernama Mbah Suro. Dia pernah mendirikan padepokan yang terang-tarangan mendukung PKI. Padahal kita semua tahu, PKI menjadi musuh masyarakat. Bahkan sampai sekarang, PKI gak diterima di negara ini.
Karena keberaniannya ini, dia harus berhadapan dengan pasukan elit baret merah atau Kopassus. Satu pasukan ini ditugaskan untuk memberantas Mbah Suro dan semua pengikutnya.
Sebenarnya Mbah Suro ini dulunya juga masuk ke dalam pasukan revolusi loh gengs. Nama aslinya adalah Muljono alias Surodihardjo. Lahir di desa Nginggil pada 17 Maret 1921. Gak main-main, dia memiliki pangkat sersan.
Salah satu komandannya yang bernama Ahmad Wiro Sardjono alias Ahmad Yadau, adalah pemimpin Brigade Jadau. Dia termasuk oknum yang terlibat pemberontakan PKI di Madiun pada 1948-1949.
Setelah mendalami ilmu kebatinan, Mulyono mengubah nama menjadi Mbah Suro. Dia mendalami ilmu kebatinan tahun 1952, seperti yang ditulis dalam Reports Service: Southeast Asia series (1967). Semakin dia tekuni setelah terpilih menjadi Kepala Desa Nggigil. Lalu mengundurkan diri pada 31 Juli 1962. Dia semakin dikenal luas sebagai orang sakti pada 1959.
Sosok Mbah Suro (Bombastis.com)
Tidak hanya nama, Mulyono juga mengubah penampilan. Hendro Subroto dalam Sintong Pandjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) menuliskan, ia juga mengubah penampilan dengan berambut gondrong dan berkumis tebal.
Sejak dikenal luas dia juga mendirikan padepokan dengan banyak pengikut. Dia mendukung berdirinya PKI tanggal 3 Maret 1967. Menurut Soegiarso Soerojo dalam Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai (1988), beberapa pengikut Mbah Suro juga ada yang berasal dari ABRI.
Dia juga membentuk pasukan bernama Banteng Wulung dan Banteng Sarinah. Pasukan ini gak bisa dianggap enteng karena punya senjata. Ada beberapa pucuk pistol, granat tangan, pedang, dan kentes. Sampai pemerintah merasa pasukan ini adalah ancaman.
Mbah Suro yang mengubah penampilan (bombastis.com)
Akhirnya untuk melenyapkan Mbah Suro, pemerintah menugaskan RPKAD yang dibantu oleh beberapa satuan ABRI bersenjata lengkap pada tanggal 5 Maret 1967. Dalam operasi tersebut, pasukan baret merah kehilangan tiga prajuritnya dan dua orang luka berat.
Pertarungan sengit itu berhasil menumpas Mbah Suro dan pengikutnya. Mbah Suro sendiri meti ditembak saat itu.
Mendirikan padepokan yang membela PKI (Bombasis.com)