Kehidupan anak punk emang identik dengan kehidupan jalanan. Anak punk kerap dipandang sebelah mata oleh banyak kalangan di berbagai daerah di Indonesia. Mereka dinilai sebagai anak jalanan yang berpotensi menimbulkan masalah.
Salah satu contohnya kehidupan anak punk di Tasikmalaya, Jawa Barat. Anak punk bisa ditemukan di mana-mana, mulai dari pusat keramaian, wilayah pertokoan, dan jalanan.
Biasanya anak punk akan ngamen dari satu tempat ke tempat lainnya. Mereka menjual suara dan irama dari gitarnya di sekitar lampu merah.
Jika dilihat dari tampilan luarnya, gaya anak punk emang gak seperti orang "normal" lainnya. Mereka selalu terlihat kumal. Kaosnya seperti tidak dicuci berbulan-bulan. Celan jeansnya sobek, ada yang pake sandal jepit atau kadang juga pake sepatu.
Dede, seorang anak punk yang tinggal di Tasikmalaya, mengaku udah kenyang dengan anggapan masyarakat tentang anak punk. Menurutnya, anak punk selalu mendapat stigma negatif dari banyak orang.
Dede juga mengatakan anak punk kerap diidentikkan dengan tindak kriminal. Tapi anak punk berusia 22 tahun itu merasa tak peduli dengan anggapan itu. Menurutnya, selama keberadaannya tak merugikan orang lain, masyarakat bebas mengatakan apa pun tentang kehidupan anak punk.
Dede tak setuju dengan anggapan bahwa anak punk selalu dekat dengan kriminalitas. Menurut Dede, kehidupan anak punk di jalanan tuh gak cuma mencari makan dengan cara ngamen.
"Memang tampang kelihatan kriminal. Tapi jangan pandang sebelah mata. Mana ada punk nodong? Kita sopan kalo ngamen," ungkap Dede.
Kehidupan anak punk emang kerap mendapat stigma negatif (kompasiana.com)
Dede mengaku sudah belasan tahun terakhir menjalani kehidupan anak punk di jalanan. Sejak keluar dari sekolah dasar, Dede memutuskan untuk menjadi anak jalanan, mengikuti kakanya.
Dede gak ingat betul alasannya memilih jalan hidupnya sebagai anak punk. Yang pasti, dia memiliki masalah dengan kehidupannya di rumah. Menurutnya, tak mungkin ada anak yang baik-baik aja di rumah tapi memilih turun ke jalanan dan mencari makanan sendiri.
"Di rumah, makan semua disediain. Kalo nggak ada masalah, tidak akan ke jalan," kata Dede.
Dede menganggap, hidup di jalanan justru memberikan kenyamanan dan kebebasan bagi anak-anak yang memiliki masalah di rumah. Namun sebebas-bebasnya kehidupan anak punk, kelompoknya mengklaim tak pernah berbuat kriminal.
Dede pun mengetahui kabar tentang penertiban anak punk yang direncanakan sejumlah pihak di Tasikmalaya. Tapi menurutnya, cara itu percuma. Soalnya, dia merasa tak bersalah, sehingga tak perlu ditertibkan.
Padahal anak punk jauh dari tindakan kriminal (republika.co.id)
"Kita kan tidak mencuri, tidak menodong, untuk apa ditertibkan? Kita juga gak pakai narkoba, hanya minum tuak paling," katanya.
Apa yang diungkapkan Dede ini sejalan dengan ungkapan banyak anak punk lainnya. Mereka bukanlah pelaku tindakan kriminal meski selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang.
Kehidupan anak punk pun emang bebas di jalanan. Mereka masih sering mendapat stigma negatif dari masyarakat, padahal jauh dari tindakan kriminal. Rata-rata dari anak punk juga sepakat tak berniat segera kembali ke kehidupan normal. Kehidupan anak punk memang di jalanan. Yang pasti mereka gak pernah berbuat kriminal.
Mereka nyaman dan bebas dengan kehidupannya di jalanan (arocki.com)