Kronologi Presiden Soeharto Lempar Senyum Misterius kepada Seorang Anak yang Bertanya Kenapa Presiden Cuma Satu

Kronologi Presiden Soeharto lempar senyum misterius kepada seorang anak yang bertanya kenapa presiden cuma satu.

Presiden Soeharto pernah mengundang anak-anak dari seluruh Indonesia untuk menghadiri peringatan Hari Anak Nasional tahun 1994 silam. Anak-anak itu datang dari berbagai pulau di Indonesia, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Saat itu, Soeharto tampak didampingi istrinya, Bu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno, dan sejumlah diplomat dari beberapa negara. Sebelumnya, Presiden Soeharto sempat menyapa dan menanyakan cita-cita anak-anak itu. 

Ada yang pengin jadi dokter, ada juga yang pengin jadi presiden. Kemudian sang presiden memberikan kesempatan kepada anak-anak itu untuk bertanya kepadanya. 

"Nah, sekarang apa yang disampaikan kepada saya, silakan, nggak usah malu-malu," kata sang presiden.

Beberapa anak pun mencoba bertanya kepada sang presiden. Sebagian anak-anak juga tampak malu-malu dan tampak berhati-hati bertanya kepada sang presiden.

Beberapa anak juga tampak mengacungkan jari dan berebut ingin bertanya. Muncullah beberapa pertanyaan seperti berapa angka kemiskinan, bisakah orang cacat jadi presiden, hingga bisakah seorang perempuan jadi presiden.

Semua pertanyaan itu dijawab dengan santai oleh presiden yang dijuluki "The Smiling General" ini. Ya, jelas sambil senyum juga menjawabnya.

Presiden Soeharto, "The Smiling General" (kompasiana.com)

Presiden Soeharto pun memberikan kesempatan lagi, "Ayo, ada lagi yang mau disampaikan?" tanyanya lagi. Nah, Presiden Soeharto pun menunjuk seorang anak dari Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

"Nama saya Hamli dari Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Saya mau tanya kenapa presiden di Indonesia cuma satu, padahal Indonesia sangat banyak?" Tanya anak bernama Hamli itu.

Pertanyaan itulah yang membuat Soeharto melemparkan senyum misterius kepada anak itu. Sang presiden sempat memperhatikannya sebentar dan langsung tertawa setelah mendengarkan pertanyaan anak itu.

"Hahahaha. Ya, terang itu. Nanti kalau ... presiden itu hanya satu untuk memimpin bangsa dan negara. Kalau sampai 2-3, nanti lantas gak bisa berjalan dengan baik. Banyak pemimpin, banyak kapten, kemudian lantas negara menjadi rusak," kata Soeharto menjawab pertanyaan anak itu.

Soeharto bertanya kepada anak-anak (indozone.id)

"Tapi terang bahwasanya presiden yang satu ini hanya melaksanaken apa yang diputuskan oleh rakyat, melewati MPR, menekuni Garis Besar Haluan negara (GBHN). Jadi walaupun cuma satu, tapi sebetulnya terikat kepada GBHN, terikat kepada Pancasila, terikat kepada UUD 1945," kata Soeharto.

Waktu itu adalah tahun ke-28 Soeharto menjabat sebagai presiden. Sang presiden melanjutkan kalo seorang presiden bisa dipilih lagi kalo udah lima tahun memimpin. Dan begitu seterusnya.

"Jadi memang gak boleh, menurut undang-undangnya memang hanya satu. Satu aja hanya untuk lima tahun. Setelah lima tahun boleh dipilih lagi untuk lima tahun. Setelah lima tahun, kemudian bisa juga dipilih lagi untuk berapa? Lima tahun," katanya.

Setelah menjawab pertanyaan anak bernama Hamli tadi, Soeharto bertanya balik. Sang presiden tetap menebar senyum misteriusnya itu.

Pak Harto kalo udah senyum tuh bikin ngeri gengs~ (kaskus.co.id)

"Kenapa kamu tanya begitu? Kenapa? Siapa yang suruh, siapa? Hah? Karena hanya ingin tahu saja? Kalau di rumah juga begitu. Kan tidak ada bapak 2-3. Ya, toh? Bapakmu hanya satu toh?" kata Soeharto.

Orang-orang di Istana Negara ikut tertawa mendengar pernyataan "The Smiling General" ini. Tapi kira-kira, apa ya maksud di balik senyum misteriusnya itu? Dan kenapa sang presiden bertanya balik ke anak itu ya?

Seperti diketahui, Presiden Soeharto adalah seorang pemimpin yang dihormati sekaligus ditakuti banyak pihak. Dia tercatat sebagai presiden yang paling lama memimpin Indonesia, selama kurang lebih 31 tahun!

"The Smiling General" ini akhirnya dilengserkan pada 21 Mei 1998. Presiden terlama di Indonesia ini meninggal dunia pada 27 Januari 2008 lalu.