Salah satu prajurit terbaik Tentara Nasional Indonesia (TNI), Sersan Mayor Rama Wahyu gugur. Serma Rama Wahyu meninggal dunia pada Selasa (23/6/2020) kemarin akibat tertembak milisi Pasukan Demokrat Sekutu (ADF).
ADF sendiri telah menyerang prajurit TNI di Kivu Utara, sekitar 20 kilometer dari Beni, dekat Uganda. Serangan ini juga menyebabkan seorang prajurit TNI terluka.
Siapa sih ADF yang bunuh prajurit TNI di Kongo?
ADF dari Kongo merupakan kelompok pemberontak bersenjata. Mereka adalah kelompok pemberontak paling aktif dan paling keras di daerah operasinya di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam tiga tahun terakhir, antara 2017 hingga 2019.
Kelompok pemberontak ADF dianggap bertanggung jawab atas kematian 249 orang pada 2018 lalu. Kelompok ini telah membunuh banyak orang dengan mengganggu para pemberi bantuan Ebola yang sudah memanas duluan di Kivu Utara.
Kelompok ini menganggap mereka adalah jihadis. Tapi, kelompok ini menjadi salah satu kekuatan pemberontak yang sulit dipahami di negara itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ADF terlibt dalam konflik bersenjata di bagian timur DRC. Hal ini memkasa banyak warga sipil keluar dari serangan tersebut. Sejak 2013, taktik mereka berubah jadi mengerikan dan melakukan serangan massal kepada penduduk sipil di wilayah Beni, Kivu Utara.
Sersan Mayor Rama Wahyu, korban penembakan milisi ADF di Kongo (kompas.com)
ADF pertama kali dibentuk tahun 1995. Pendirinya adalah hasil kemitraan unsur-unsur radikal sekte Muslim Tabliq Uganda dan sekelompok pejuang Bakonjo yang tersisa dari gerakan Rwenzururu. Mereka menamakan diri sebagai Tentara Nasional untuk Pembebasan Uganda (NALU).
Kemitraan itu jadi lebih strategis berkat kesamaan ideologi dan saling menguntungkan. Tabliq Uganda sendiri dipimpin oleh mualaf muda radikal, Jamil Makulu yang dididik di Arab Saudi. Dia dilatih di kamp-kamp militer Afganistan dan Pakistan.
Tabliq sendiri mendapat dana yang besar dari para pendukung internasional gerakan Islam dan selain itu dari Sudan. Sementara Bakonjo adalah kerabat Uganda dengan bahasa dan budaya yang hampir identik. Hanya saja, mereka dipisahkan oleh perbatasan kolonial pada awal abad ke-20.
ADF kini punya kontrol dan monopoli atas perbatasan Uganda-Kongo. Mereka juga mengontrol perdagangan di sana.
Tentara pemberontak bersenjata ADF (trtworld.com)
ADF memulai aksi kekerasannya di Uganda barat pada akhir 1990-an. Militer Uganda pernah merespons serangan itu dengan rangkaian operasi militer tanpa kompromi. Kemudian tahun 2003, jumlah ADF menurun menjadi ratusan orang. Mereka pun dipaksa untuk melarikan diri melintasi perbatasan ke daerah yang didominasi Nande di Kivu Utara.
Saat itu, DRC masih bernama Zaire. ADF diserahkan kepada perangkatnya sendiri. Kalo nggak gitu, mereka bisa didukung secara berkala oleh pemerintah Zaire dari Kinshasa. Mobutu Sese Seko melihat kelompok ini sebagai kekuatan yang berguna untuk melawan serbuan Uganda ke negara itu. Dengan senang hati, tokoh ini memberi mereka senjata dan intelijennya.
ADF juga difasilitasi rentang bebas perbatasan oleh Presiden Laurent Kabila. Jadi ADF tentunya menguasai perbatasan. Hal ini membuat ADF bebas untuk terlibat dalam kemitraan jangka pendek yang menguntungkan dengan kelompok-kelompok pemberontak lainnya. Mereka pun dapat keuntungan dari perdagangan gelap di perbatasan. Sudan juga secara berkala mengirim pasokan senjata kepada ADF.
ADF masih tetap memiliki pengaruh nasionalisme Konjo-Nande. Tetapi yang bikin nggak jelas adalah ideologi jihadis dalam tubuh ADF. Maka, sejauh apa sih jihad memengaruhi dan membentuk kelompok pemberontak bersenjata ADF ini?
Mereka berhasil mengontrol perbatasan dan perdangangan gelap (newsweek.com)
Ada tanda-tanda yang dilaporkan sejak tahun 2000-an bahwa kelompok ini semakin tertarik untuk mengadopsi Islamisme militan sebagai identitasnya. Mereka mulai mengadopsi hukum syariah.
Kelompok penelitian dari Kongo pernah menemukan juga bahwa beberapa video yang diposting ADF di media sosial antara tahun 2016-2017 berisi bacaan Alquran. Ada juga gambar-gambar indoktrinasi dan propaganda. Selebihnya adalah video tentang serangan militan.
Laporan itu juga mengungkap bahwa kelompok itu menerima dana juga dari warga negara Kenya yang membiayai ISIS atau ISIL.
Selanjutnya, ADF juga tertarik untuk mengadopsi nama Madinah Al-Tauheed wa Mujahedeen. Kurangnya tata kelola di DRC timur ini telah memicu kekhawtiran bahwa ADF mungkin aja bisa membentuk sebuah negara proto.
Gerakan ADF juga didorong oleh ideologi jihadis (aljazeera.com)