Apa kamu sedang gak bahagia saat ini? Apa penyebabnya? Penyebab tidak bahagia ada banyak faktornya. Toh, setiap orang tentu saja punya kadar bahagianya masing-masing.
Nah, banyak orang nih yang mencoba menyingkirkan perasaan tidak bahagia yang sedang mereka alami. Misalnya dengan mencoba melakukan hal-hal yang positif.
Tapi sayangnya, hal itu malah gak mampu membuat kita benar-benar merasakan bahagia kembali. Kok bisa?
Dikutip dari Kompas.com, Mo Gawdat, seorang penulis buku "Solve for Happy" menyebutkan bahwa menyingkirkan perasaan tidak bahagia bukanlah jalan keluar dalam menemukan kebahagiaan kembali.
Menurutnya, rasa tidak bahagia yang sengaja kita jauhi itu cepat atau lambat akan membuat ketidakbahagiaan kita malah jadi berkepanjangan loh.
"Ketika sesuatu memicu ketidakbahagiaan, langkah terbaik adalah 'mengunjunginya' dan menghadapinya," kata Gawdat.
Apa kamu sedang merasa tidak bahagia? (unsplash.com)
Gawdat mengibaratkan rasa tidak bahagia itu seperti sakit perut. Kita wajib menemukan sebab utamanya dan melakukan perawatan untuk kembali sembuh.
Tapi kadang kita lebih mudah mengenali penyakit fisik ketimbang menyadari bahwa kita merasa tidak bahagia.
"Bila ada sesuatu yang mengganjal di hati, membuat Anda sulit tersenyum, dan lebih ingin menangis atau mengurung diri, berhentilah sejenak untuk mengenali perasaan Anda lebih dalam," katanya.
Lebih lanjut, Gawdat bilang jika kita belum tau apa penyebabnya, akuilah bahwa 'Saya tidak merasa baik-baik saja' saat itu juga.
Jangan hindari perasaan tidak bahagia itu (unsplash.com)
Saran Gawdat ini emang terdengar aneh ya. Tapi pendapat itu gak sembarangan karena didukung oleh sebuah penelitian yang terbit dalam Journal of Experimental Psychology.
Penelitian itu menyebutkan bahwa rasa bahagia adalah kemampuan kita untuk bisa merasakan "payah", sedih, atau apa pun yang membuat kita jadi gak bahagia.
Penelitian itu telah menyurvei 2.300 mahasiswa di Amerika Serikat, Brasil, dan China. Para peserta ditanyai tentang emosi yang mereka ingin rasakan, yang ingin mereka kurangi, dan emosi mana yang sebenarnya sedang mereka rasakan.
Hadapi aja dulu, jangan dihindari (unsplash.org)
Para mahasiswa kemudian melaporkan kepuasan hidup lebih besar dan lebih sedikit gejala depresi adalah saat mereka benar-benar merasakan emosi apa pun. Baik itu positif maupun negatif.
"Ingin bahagia atau gembira sepanjang waktu tidaklah terlalu realistis, begitu juga dengan berkata 'saya baik-baik saja' sepanjang waktu," kata Maya Tamir, seorang profesor The Hebrew University of Jerussalem.
Jika kita bisa menerima dan menyambut emosi negatif yang kita miliki, mengakuinya, dan mencari jalan keluar, baik itu sendiri atau dengan bantuan orang lain, kita cenderung lebih bahagia dan lebih puas.
Saat tidak bahagia itu sebaiknya dinikmati (unsplash.com)
Gawdat menyarankan, saat kita merasa gak bahagia, coba deh untuk benar-benar merasakan apa yang membuat kita tidak bahagia. Menangislah bila perlu.
Curhat sama temen atau orang yang bisa kamu percaya juga lebih baik. Dengan begitu, perasaan tidak bahagia itu perlahan akan berkurang dan tergantikan dengan rasa yang lebih positif.
Lakukan hal-hal itu ketika sedang dilanda perasaan tidak bahagia. Biar semangat balik lagi!
Pokoknya, hadapilah ketidakbahagiaan itu, nanti pasti hepi lagi (unsplash.com)