Para Arkeolog Pakai AI untuk Memprediksi Sumber Kotoran Kuno, Buat Apa Sih?

Ada loh fosil kotoran yang jadi bahan penelitian hingga saat ini.

Para arkeolog telah menerapkan prinsip-prinsip AI untuk membedakan antara kotoran manusia dan anjing purba. Penemuan fosil kotoran masih menyimpan misteri apakah itu kotoran manusia atau anjing purba.

Pada Oktober 2019 Elon Musk memposting tweet menggunakan Starlink, sebuah konstelasi satelit dari ribuan cermin yang mengorbit. Dibangun oleh perusahaan Amerika SpaceX, untuk menyediakan akses Internet satelit untuk dunia.

Dalam sebuah artikel, Maxime Borry dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia di Jerman membahas makalah barunya, yang mengatakan kotoran kuno, atau "coprolite", menyediakan sumber informasi berharga tentang identitas, diet, dan kesehatan orang yang hidup ribuan tahun yang lalu.

Tetapi peneliti menjelaskan bahwa anjing hidup berdampingan dengan pemburu kuno dan taring juga biasa ditemukan di situs arkeologi, "Sangat sulit untuk membedakan keduanya," kata Dr. Borry.

Memisahkan kotoran manusia kuno dari fosil kotoran anjing bisa ngasih informasi tentang perilaku dan makanan hewan. Pertama kali dijelaskan oleh William Buckland pada tahun 1829. Kemudian pemburu fosil Mary Anning pada tahun 1824 menemukan 'batu bezoar' di perut kerangka ichthyosaurus yang ditemukan dalam formasi Lias di Lyme Regis.

Penggunaan AI untuk mendapatkan data (brinknews.com)

Mulai dari beberapa milimeter hingga lebih dari 60 sentimeter (23,62 inci) panjangnya, kotoran kuno ditemukan dalam konteks arkeologis, dan hari ini, kotoran itu sangat penting untuk paleontologi karena mereka memberikan bukti langsung dari pemangsaan dan diet organisme yang punah.

Tim peneliti pada dasarnya menemukan metode baru yang inovatif untuk mengurutkan DNA dari kotoran kuno yang memungkinkan identifikasi asal-usul mereka.

Yang menyulitkan ini, menurut Dr. Borry, kotoran manusia purba juga mengandung DNA anjing karena memakan anjing adalah hal lumrah di banyak komunitas di seluruh dunia.

Untuk mengatasi komplikasi ini, Dr. Borry pertama-tama harus membuat konsep, lalu merancang cara mengakses data kuno yang ada dalam coprolit. Dia juga mempertimbangkan kehidupan mikroba di dalam perut manusia dan hewan, yang sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya.

Penelitian kotoran manusia (ancient-origins.net)

Teknologi AI: CoproID adalah sistem pembelajaran mesin yang dibangun di atas basis data mikrobioma manusia dan anjing. Pertama, sampel tinja modern diuji untuk memverifikasi akurasi sistem dan kemudian metode baru diterapkan pada 20 sampel coprolit dari situs arkeologi yang diketahui, bersama dengan tujuh sampel uji tanah biasa.

Tiga coprolite selanjutnya datang dari Cueva de los Muertos Chiquitos, di Lembah Rio Zape, tepat di utara Durango di Meksiko, sebuah situs pengorbanan manusia antara tahun 660 dan 1430 Masehi. 

Dari kotoran orang-orang ini semuanya ditemukan mengandung mikrobioma mirip manusia, mereka memiliki "DNA anjing lebih banyak daripada manusia. Menunjukkan kalau telah diekskresikan oleh orang-orang yang makan dan hidup bersama anjing.

Anjing udah jadi binatang yang dekat dengan manusia (pets4homes.co.uk)