Cerita Hantu Bersambung: Petaka di Cemara Timur

Kali ini ada cerita hantu bersambung yang berjudul "Petaka di Cemara Timur" yang lagi viral di Instagram, kek apa kisahnya yuk kita simak.

Sedang hits nih cerita hantu bersambung yang judulnya "Petaka di Cemara Timur". Diketahui cerita ini berasal dari akun Instagra @ardeks yang sampai booming.

Oiya perlu diingat, Kisah dan foto ini berdasarkan 50% kejadian nyata, 30% fiksi, dan 20% asumsi. Demi menghormati privasi warga setempat, bagi yang tahu soal lokasi aslinya, mohon untuk tetap merahasiakannya.

Seperti apa yuk kita langsung simak aja cerita hantu bersambung nya babang ardeks

November 2013. Memasuki musim penghujan, segala sesuatu di Desa Cemara Timur tampak menghijau. Daun-daunnya, rerumputan, bahkan lumut tumbuh subur di segala penjuru. Di tempat itulah aku akan menjalani hari-hari yang serbabaru.

Rumah baru, tetangga baru, dan pastinya pengalaman baru sedang menungguku di sana. Beberapa saat sebelumnya, aku memutuskan untuk membeli rumah. Aku menemukannya lewat sebuah iklan properti di internet. Pertimbangan pertama, tentu soal harga. Setelah melalui proses negosiasi dengan sang pemilik, rumah bekas ini ia jual seharga Rp110 juta. Murah juga, pikirku.

Pertemuan pertamaku dengan rumah itu juga berkesan. Nama perumahannya adalah Cemara Timur Pertiwi. Meski berupa kompleks perumahan, ia berada di tengah desa. Lingkungannya sangat asri dan cenderung sepi. Aku memang selalu bercita-cita tinggal di tempat seperti ini. Namun, sebenarnya ada satu-dua hal yang membuatku bertanya-tanya.

Tadi, sepanjang jalan dari gerbang desa sampai perumahan, aku melihat cukup banyak bangku hijau yang terbuat dari keramik. Uniknya lagi, sebagian bangku ini tidak dibangun di dekat perkampungan, melainkan di tengah hutan. Selain itu, ada sejumlah patung hewan dan arca mungil di dekatnya. Tapi ya sudahlah, mungkin ini bentuk kreativitas warga untuk mempercantik desanya.

Maka, dengan niat untuk menyepi sekaligus berinvestasi, aku mantap membeli rumah itu. Seminggu kemudian, barang-barang sudah kukemas dan siap dipindahkan dari indekos ke rumah baru. Perasaanku sangat antusias, tak menyadari bahwa relung-relung kesunyian di desa itu menyimpan rahasia gelap dari masa silam. 

Ilustrasi (travel.tribunnews.com)

Hari pindahan pun tiba. Untuk menghemat biaya, aku mengangkut barang dari indekos ke rumah baru sedikit demi sedikit. Ada buku-buku, pakaian, dan perkakas.

Ada juga satu barang yang cukup unik, yaitu sebuah stoples yang penuh berisi uang koin. Ini adalah uang kembalian yang sengaja kukumpulkan untuk disumbangkan suatu hari nanti.

Di warung dekat situ, aku mulai mencicil membeli beberapa kebutuhan dasar, seperti galon air dan gas LPG. Selama proses pindahan, aku tetap ngekos sehingga rumah itu tetap kosong.

Pada hari pindahan yang kesekian kali, aku membawa barang yang paling berharga dari sisi materi, yaitu TV dan laptop.

Sampai di gerbang desa, aku menyapa beberapa warga yang sedang nongkrong. Rumah-rumah mereka tampak sangat sederhana dengan cat tembok murahan berwarna-warni. Atapnya hanya ditutup asbes atau seng dengan serampangan.

Perjalanan memasuki area hutan dengan bangku-bangku aneh di dalamnya. Selagi asyik memandangi bangku itu, aku dikejutkan oleh sesuatu yang terjulur di depan langkahku. Ular!

Sontak aku melompat agar tidak menginjaknya. Ular cokelat itu sepertinya juga kaget. Ia melesat dan menghilang ke balik semak-semak. Ah, ada-ada saja. Lain kali aku harus lebih sering melihat ke bawah kalau lewat sini.

Ilustrasi (blogandesmistery.blogspot.com)

Sesampainya di rumah, aku buru-buru menaruh barang-barang yang sedari tadi membebani pundakku. Sewaktu asyik memasang TV, ada satu pemandangan yang mengusik perhatianku.

Tumpukan barang di sudut ruangan tampak ganjil. Ada yang berubah. Setelah kuingat-ingat, benar saja, stoples uang itu lenyap!

Ternyata tidak cuma itu. Gas LPG di dapur juga hilang. Padahal barang-barang yang dicuri tidak seberapa nilainya. Baik stoples maupun tabung gas paling-paling bernilai Rp50 ribu. Aku justru iba kepada si pencuri. Dia susah-payah memanjat tembok belakang hanya untuk barang yang tak seberapa nilainya. Berarti gas dan stoples itu sudah berada di tangan yang tepat.

Aku pun tetap santai. Padahal, semua ini baru pemanasan. Ada hal yang jauh lebih jahat dari sekadar ular atau maling, yang disembunyikan oleh warga desa. 

Jadi cerita hantu bersambung.... Part 2

Ilustrasi (youtube.com)