Kali ini ada sebuah cerita horor bahasa indonesia yang nyeremin gengs. Katanya sih di daerah Bekasi sana.
Cerita ini berasal dari akun Facebook yang bernama @SatanismeTheSecret. Tanpa babibu langsung aja kita simak bareng yuk gimana menyeramkannya cerita ini.
Cerita Horor Bahasa Indonesia: Kisah Lahan Angker Mencari Tuan di Bekasi
Nama gue, sebut saja J. Gue memiliki bisnis pengembangan rumah dan lahan kecil-kecilan. Kenapa gue sebut kecil-kecilan? Karena gue hanya mengincar lahan-lahan kecil, di bawah 5.000 meter persegi untuk gue bikin perumahan minimalis atau cluster, yang lakunya cepet, jadi duit gue bisa cepet balik.
Tapi bukan itu yang mau gue ceritain. Alkisah, gue hendak membangun cluster di sebuah wilayah di Jatiasih, Kota Bekasi. Kalau ada warga Jatiasih di sini, pasti tahu jalan tembusan dari perumahan di pinggir jalan raya Jatiasih ke Cikunir.
Nah, di area situ ada lahan luas 4.750 meter persegi. Di sana ditumbuhi pohon mangga yang lebat-lebat, ada juga pohon rambutan dan nangka. Tapi yang bikin warga heran, pepohonan itu gak pernah berbuah.
Gue membeli lahan ini sejak 2007 dengan harga yang lumayan murah, padahal kompensasi tanah di sana sangat tinggi. Jatiasih merupakan wilayah yang amat berkembang, apalagi di Cikunir.
Keluar Jalan Raya Cikunir arah utara, kita bisa berjumpa dengan tol Jatibening. Ke arah selatan, berjumpa dengan tol JORR yang menghubungkan ke berbagai wilayah. Bayangin kalau gue bikin cluster.
Sudah pasti langsung full booked karena memang kawasan ini idola banget. Tapi sudah 12 tahun tanah tersebut tidak gue kelola lantaran ada sesuatu yang gak bisa gue pahami pakai logika. Jangan baca cerita gue sendirian, ya. Pastikan itu.
Jadi, awal mula gue bertemu tanah ini lagi jalan-jalan di malam hari. Gak malam-malam banget, sekitar pukul 20.30 WIB namun hanya segelintir orang yang masih beraktivitas. Jalan sudah diterangi dengan lampu, namun lampu di depan lahan ini tidak menyala.
Ilustrasi (tanahnusantara.com)
Gue parkir mobil di pinggir, dekat dengan lahan yang dikelilingi pagar bambu. Sumpah, gue clingak-clinguk, gak satu pun warga bisa gue minta keterangan. Di sana banyak kontrakan, tapi semua pintu ditutup. Ya gak mungkin juga gue gedor-gedor. Udah malam pula, takut gak sopan.
Gue melihat-lihat lahan yang gelapnya gak kira-kira. Gue ambil senter di mobil, tapi cahaya senter gue gak menembus kegelapan di lahan tersebut.
Padahal senter gw yang kualitasnya bisa dipakai dalam pertambangan dengan cahaya tembus hingga 100 meter, lho. Gak nyombong, tapi senter itu seolah gak berfungsi ketika menyorot ke dalam lahan. Malah sinarnya agak redup dan lama-lama senter gue mati dong!
Cerita horor bahasa Indonesia ini bersambung. Penasaran? Tunggu part selanjutnya ya: Part 2
Ilustrasi (batam.tribunnews.com)