Tahu apa itu Typoglycaemia? Itu merupakan sebuah fenomena yang membuat otak kita tidak hanya bergantung pada apa yang tertulis, tetapi juga pada apa yang diharapkan bisa terlihat.
Fenomena inilah yang membuat kita mengerti kata-kata yang 'typo' saat kita sedang membaca. Sebetulnya, kita masih bisa memaca sebuah kata selama huruf pertama dan terkahir berada dalam posisi yang tepat.
Pada 2011 lalu, sebuah penelitian pernah digelar oleh tim peneliti dari Universitas Glasgow. Mereka menemukan bahwa ketika mata kita menangkap sesuatu yang tidak jelas, otak akan menerka apa yang sehatusnya mereka lihat untuk mengisi kekosongan atau ketidakjelasan itu.
Otak akan membangun teka-teki nan kompleks menggunakan data atau informasi apa pun yang diperoleh. Kondisi ini juga didorong oleh konteks tentang pengalaman melihat atau mengingat, termasuk penggunaan indera yang lain.
Terdapat 16 percobaan yang semua hasilnya membenarkan bahwa seseorang pastilah mampu memahami kata-kata yang huruf tengahnya diacak. Misalnya sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang paling sering typo ketika diketik seperti kata "ngak" untuk "nggak".
Beberapa proses kognitif yang unik terjadi di otak kita saat menggunakan kemampuan prediksi dan melihat bentuk kata. Dengan begitu, kita dapat mencermati sebuah kata yang menurut kita tepat atau tidak tepat secara cepat.