Di antara berbagai moda transportasi yang ada, bisa dikatakan kalo pesawat terbang adalah moda transportasi paling menguntungkan. Mulai dari rute, jadwal, hingga waktu tempuh, semua keunggulan dimiliki moda transportasi ini.
Namun, masalah keamanan seringkali jadi kendala. Terbang tinggi di ketinggian bukan berarti membuat pesawat rentan dari kecelakaan. Buktinya adalah salah satu kecelakaan pesawat paling tragis yang pernah terjadi di Indonesia, yakni kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.
Kecelakaan ini terjadi pada bulan Oktober tahun lalu. Dan begitu berita mengenai kecelakaan ini menyebar, duka pun turut dirasakan masyarakat. Gak cuma terbatas di Indonesia, ungkapan duka pun dilayangkan netizen dari berbagai negara.
Dilansir dari Kompas, kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang itu mengangkut 189 orang. Di antaranya, 181 penumpang yang terdiri dari 124 laki-laki, 54 perempuan, satu anak-anak dan dua bayi. Sementara sisanya adalah pilot, kopilot dan lima awak kabin.
Kronologi kecelakaan pesawat Lion Air JT 610
Dilansir dari berbagai sumber, pesawat Lion Air JT 610 diketahui berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 06.20 WIB. Menurut jadwal, pesawat diperkirakan tiba di Bandara Depati AMir Pangkal Pinang pada pukul 07.20 WIB.
Namun, pesawat baru dua menit mengudara, pilot menyampaikan gangguan pada flight control pada ketinggian 1.700 kaki. Dalam rekaman komunikasi pilot dengan Jakarta Control, diketahui bahwa pilot Lion Air JT 610 meminta ijin untuk naik ke ketinggian 5.000 kaki. Permintaan itu pun segera diluluskan oleh Jakarta Control.
Tak lama berselang dari komunikasi tersebut, pilot pesawat Lion Air tiba-tiba meminta ijin untuk segera kembali ke Bandara Soekarno Hatta. Dua menit berselang, pesawat diketahui hilang dari penampakan radar Air Traffic Control (ATC).
Setelah itu, diketahui pada pukul 06.50 WIB, Basarna mendapatkan laporan dari ATC akan peristiwa hilang kontak pesawat Lion Air JT 610.
Proses pencarian korban
Usai Basarnas menerima permohonan, Pemerintah pun langsung bergerak cepat. Pemerintah mengadakan pencarian korban pesawat Lion Air JT 610 sejak 29 Oktober dan dihentikan pada 23 November 2018.
Pesawat Lion Air (dawainusa.com)
Dalam jangka waktu 25 hari itu, tim pencari berhasil menemukan 125 jasad korban dan berhasil diidentifikasi. Sedangkan masih ada 64 korban yang belum ditemukan.
Penemuan Black Box pesawat
Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada bulan November, Komite Nasional Keselamatan Transportasi berhasil menemukan Black Box pesawat. FYI, Black Box berisi dua komponen, yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR).
Kedua komponen tersebut berisikan data perjalanan pesawat dan rekaman percakapan antara pilot dan kopilot dengan pusat kendali di darat.
Kronologi kecelakaan (guideku.com)
Berdasarkan investigasi KNKT, diketahui jika pesawat Lion Air JT 610 mengalami kerusakan penunjuk kecepatan pada empat penerbangan terakhir.
Sementara itu, hasil temuan terakhir, salah satu pilot pesawat Lion AIr JT 610, Harvino, diketahui mengumandangkan takbir sesaat sebelum pesawat terjatuh.
Dalam rekaman suara yang berhasil ditemukan KNKT, kopilot Harvino menyampaikan jika ada masalah pada kendali penerbangan. Meskipun tidak dijelaskan secara spesifik, sumber lain menyebutkan kalo indikator kecepatan ada gangguan.
Puing pesawat Lion Air (bbc.com)