Terorisme di jaman yang sebegini maju tuh masih ada. Mereka eksis meski lebih sering timbul tenggelam. Mereka disebut kelompok atau individu yang berbahaya. Salah satu kelompok terorisme yang terkenal adalah Islmic State of Iraq and Syria (ISIS).
Dalam beberapa dekade terakhir, dunia bersatu memberantas terorisme. Tapi mereka nggak kalah cerdik, selalu nyari peluang untuk melakukan penghancuran dan kepanikan di kala kita semua mungkin sedang lengah.
Belakangan yang ramai diperbincangkan dunia adalah serangan terorisme di Christchurch, Selandia Baru. Seorang teroris menembaki puluhan orang, disusul serangan penembakan di Utrecht, Belanda, di dalam tram.
Karena eksistensi mereka, banyak pihak yang bertanya-tanya ... sebenarnya apa sih yang mendasari seseorang menjadi teroris? Dikutip dari IDN Times, simak kuy ulasan alasan-alasan ilmiah kenapa seseorang pengin jadi teroris.
Sebenarnya apa sih alasan ilmiah mereka menjadi seorang teroris? (theamericanconservative.com)
1. Awalnya adalah kebencian
Kebencian adalah sifat manusia, meski dibedakan jadi kebencian yang rasional dan tidak rasional. Seorang terapis asal Amerika Serikat, Marion Rodriguez memberi contoh bahwa kebencian rasional adalah membenci perilaku tidak adil. Sementara kebencian tidak rasional umumnya menyangkut etnis, agama, rasa, atau orientasi seksual.
Kebencian jenis kedua itu berasal dari kepercayaan bahwa kelompok lain memiliki kecacatan. Mereka yang masuk dalam kebencian jenis ini menganggap berbagai hal sebagai sebuah ancaman.
Ini semua bermula dari kebencian (africanbusinessclassroom.com)
2. Kebencian disebabkan oleh prasangka
Prasangka terhadap individu atau kelompok tertentu disebabkan karena kebencian tadi. Dilansir dari Psychology Today, prasangka merupakan fenomena manusia yang melibatkan struktur kognitif sejak awal kehidupan.
Struktur kognitif mencakup proses berpikir, mengingat, atau memecahkan masalah. Nah, kalo hal itu didorong oleh kebencian dan menimbulkan prasangka berarti ....
Kebencian akhirnya membentuk prasangka (medium.com)
3. Nah, prasangka terhadap kelompok tertentu adalah bentuk rasisme loh!
Sebenarnya, tidak semua prasangka adalah bentuk rasisme. Tapi, setiap orang rasis tuh selalu dipenuhi prasangka. Rasisme adalah prasangka terhadap sekelompok orang tertentu berdasarkan perbedaan persepsi atau sudut pandang. Kadang, pandangan kayak gini nih dianggap ekstrem gengs.
Orang yang rasis biasanya selalu berprasangka (themuse.com)
4. Teroris menganggap keberadaan kelompok tertentu sebagai ancaman
Teroris di Christchurch, seperti silaporkan The West, menganut ideologi supremasi kulit putih. Ideologi itu menganggap bahwa ras kulit putih jauh lebih superior ketimbang ras lainnya.
Ras di luar kulit putih dianggap sebagai penjajah asing yang mengancam keberadaan mereka. Simpelnya mungkin, mereka terasa terancam ... atau malah menunjukkan bahwa mereka tuh inferior gitu? Hmm ....
Teroris akan merasa terancam terhadap kelompok lain (acprclass.com)
5. Kebencian ekstrem disebabkan rasa takut
Psychology Today melaporkan bahwa kebencian ekstrem biasanya didasarkan atas rasa takut. Rasa takut itu umumnya datang dari mekanisme bertahan hidup manusia.
Dari jaman baheula, manusia juga selalu diliputi rasa takut, makanya, takut itu naluri manusia paling primitif. Manusia lebih ingin menghindari bahaya karena takut pada apa pun halnya yang tampak berbeda.
Takut membuat seseorang jadi benci, apalagi secara ekstrem (wonderopolis.org)
6. Rasa takut kemudian menciptakan keyakinan negatif terhadap kelompok lain
Dr. Renee Carr, seorang psikolog dan penasihat politik, mengatakan bahwa mereka merasa tidak aman dan terancam. Mereka kemudian mengembangkan pikiran dan perilaku yang defensif.
Caranya? Ya, mereka menciptakan keyakainan berlebihan dan negatif terhadap ras lain. Mereka akhirnya membenarkan tindakan mereka untuk mengamankan keselamatan dan kelangsungan hidup mereka sendiri.
Karena takut, seseorang jadi punya keyakinan yang negatif deh (glamour.com)
7. Kebencian ekstrem muncul akibat kebutuhan mereka untuk merasa "dimiliki"
Mereka yang "terpapar" kebencian dalam tingkat yang ekstrem termotivasi oleh kebutuhan akan kepemilikan dan cinta. Dua hal itu memang kebutuhan dasar manusia untuk hidup.
Bagi sebagian orang, mereka yang kesulitan untuk membentuk hubungan interpersonal (hubungan antarmanusia) akan mengidentifikasi diri mereka sebagai kelompok esktrimis.
Kebencian ekstrem juga didorong karena merasa tidak dimiliki (wallpaperup.com)