9 Penyebab Tidak Bisa Mengekspresikan Perasaan dan Pikiran

Ekspresi dari perasaan dan pikiran menandai kesehatan psikologis seseorang. Jika tidak bisa mengungkapkannya, mungkin mengalami 9 penyebab ini.

Tidak setiap orang bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran. Meskipun berdasarkan stereotipe, pria lebih jarang mengungkapkan perasaannya dibanding perempuan. Mengungkapkan perasaan mempunyai manfaat sebagai cara menemukan solusi dari sebuah masalah. Jika tidak bisa mengekspresikan perasaan, artinya terdapat gangguan dalam menyelesaikan persoalan. Ada 9 hal yang pada umumnya menjadi penyebab seseorang tidak bisa mengekspresikan perasaan dan pikirannya.

1. Fobia terhadap konflik

Seseorang yang mempunyai fobia seperti ini khawatir dengan perasaan marah yang memantik konflik dengan orang lain. Mungkin, orang tersebut percaya bahwa hubungan yang sehat tidak pernah mengalami perdebatan atau argumen yang intens. Mereka memilih berjarak dengan pikiran dan perasaannya sendiri. Kondisi ini merujuk pada "ostrich phenomenon", yaitu mengubur kepala di dalam tanah untuk menghindari konflik hubungan.

2. Kesempurnaan dalam perasaan

Penyebab kedua yang membuat tidak bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran adalah memandang perasaan itu sempurna. Karena itu seseorang beranggapan bahwa rasa marah, cemburu, tertekan atau gelisah nggak dibutuhkan. Hingga akhirnya berpikiran rasional dan ketat mengontrol emosi. Orang yang mengalami penyebab ini khawatir dianggap lemah dan buruk karena mengekspresikan perasaan tersebut. Ia takut ditolak atau dikucilkan jika orang lain tahu tentang perasaannya.

3. Takut ditolak atau tidak diterima

Khawatir terhadap penolakan dan ditinggalkan menjadi penyebab seseorang menahan perasaan dan pikirannya. Daripada membuat orang lain marah dan pergi, ia memilih untuk tidak mengekspresikan perasaan serta pikirannya. Ia akan memenuhi keinginan dan ekspektasi orang lain lalu mengabaikan perasaan dan pikirannya sendiri. 

4. Passive-aggresive behavior

Seseorang yang mempunyai kebiasaan mengabaikan dan membiarkan perasaan sedih atau marah disebut passive-aggresive behavior. Ia akan diam seribu bahasa atau sikap lain yang membuat orang lain merasa bersalah. 

5. Tidak punya harapan sama sekali

Penyebab seseorang tidak mengekspresikan perasaannya adalah beranggapa bahwa setiap usaha tidak akan berhasil. Ia menganggap orang lain terlalu keras kepala dan nggak sensitif. Ini membuatnya selalu putus asa, jadi beranggapan tidak mempunyai harapan lebih baik.

6. Self-esteem rendah

Orang yang merasakan hal ini beranggapan bahwa ia nggak pantas mengekspresikan perasaannya kepada orang lain. Poin penyebab ini efeknya sama dengan poin nomer 3, ia akan memenuhi keinginan dan ekspektasi orang lain. 

7. Spontanitas

Orang hanya berhak mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat benar-benar merasa kesal. Dengan menata komunikasi justru merasa perasaan dan pikirannya palsu. Ia hanya berusaha tidak memanipulasi orang lain. 

Passive-aggresive behavior (boldsky.com)

8. Membaca pikiran

Nah, orang yang mempunyai kebiasaan ini beranggapan bahwa orang lain bisa membaca pikiran dan perasaannya. Meskipun dengan tidak mengungkapkannya, ia berharap orang lain tahu. 

9. Merasa dirinya orang kuat

Penyebab ini bisa disebut sebagai gangguan psikologis. Ia khawatir orang lain tahu kebiasaannya dengan melihat kemarahan, kepedihan atau kebencian. Jadi ia memilih menjaga harga dirinya dan mencitrakan bahwa ia nggak pernah marah atau benci.

Menit terakhir (phocuswire.com)

Jika kamu mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran, mungkin mengalami 9 penyebab diatas. Penting dicatat bahwa menghindari masalah bukan solusi. Dengan mengungkapkan perasaan dan bersedia mendengar tanpa menghakimi adalah solusi untuk mendapatkan kesehatan mental. 

Terlihat kuat (tenor.com)