Film Air Mata Mualaf Tayang 27 November, Acha Septriasa Belajar dari Peran Anggie

Acha Septriasa berperan sebagai Anggie dalam film Air Mata Mualaf, bakal tayang 27 November 2025.

Film Air Mata Mualaf merupakan kisah drama menarik yang diangkat ke layar lebar. Film karya sutradara Indra Gunawan ini dibintangi oleh Acha Septriasa, Rizky Hanggono, Achmad Megantara, Dewi Irawan, dan sejumlah pemeran pendukung lainnya.

Pada Rabu (19/11/2025) lalu bertempat di XXI Epicentrum Jakarta, digelar Press Screening, Press Conference, hingga Gala Premiere film Air Mata Mualaf. Banyak awak media dan publik yang menyambut positif film drama religi tersebut.

Dalam keterangan yang diterima Paragram, sutradara Indra Gunawan menekankan jika film garapannya tak punya tujuan untuk menggurui namun berikan contoh tentang manusia yang berada dalam persimpangan jalan.

“Saya membuat film ini bukan untuk menunjukkan siapa yang benar atausalah. Fokus kami adalah menghadirkan manusia apa adanya, dengan ketakutan, cinta, dan keberanian mereka. Setiap orang pernah berada di titik ketika ia harus memilih jalannya sendiri, dan proses itulah yang kami ceritakan,” ujar Indra.

Acha Septriasa Berperan Sebagai Anggie dalam Film Air Mata Mualaf (Foto: Dok.Istimewa)

Sementara itu Acha sebagai pemeran Anggie sekaligus tokoh utama dalam film ini mengaku banyak belajar dari karakter wanita yang akhirnya memutuskan untuk pindah agama memeluk Islam.

"Anggie adalah sosok yang memilih tanpa membenci dan melangkah tanpa marah. Dia tahu apa yang ia rasakan sebagai kebenaran,tetapi ia juga mencintai keluarganya dengan sangat dalam. Peran ini mengingatkan saya bahwa memilih jalan sendiri bukan tindakan meninggalkan, tetapi keberanian untu kjujur pada diri sendiri,” ceplos ibu satu anak ini.

Cerita menarik juga dialami Achmad Megantara yang berperan sebagai seorang ustaz. Sebagai manusia biasa, Megantara pun mendapat banyak pelajaran tentang hidayah seseorang yang datang sendiri tanpa ada yang mengetahuinya.

“Hidayah tidak bisa ditebak, dan tidak semua orang bisa memahaminya di waktu yang sama. Melalui karakter saya, film ini ingin menunjukkan bahwa dialog antara iman dan kemanusiaan harus selalu diberi ruang,” pungkas Megantara.