Nadya Hutagalung Tuai Kontroversi Usai Menyuruh Anaknnya Tidak Perlu Punya Keturunan

Nadya Hutagalung Tuai Kontroversi Usai Menyuruh Anaknnya Tidak Perlu Punya Keturunan

Model dan mantan VJ MTV, Nadya Hutagalung, kini dikenal tak hanya lewat kariernya di dunia hiburan, tetapi juga lewat pandangannya yang kuat soal lingkungan hidup. Ibu tiga anak ini belakangan banyak membagikan pemikiran tentang kehidupan dan masa depan kepada anak-anaknya yang kini telah beranjak dewasa. Namun, salah satu nasihatnya justru dianggap tidak biasa, bahkan kontroversial.

Alih-alih mendorong anak-anaknya untuk menikah dan punya keturunan seperti kebanyakan orang tua, Nadya justru menyarankan mereka untuk tidak memiliki anak. Menurutnya, jumlah penduduk dunia yang terus bertambah sudah menjadi beban tersendiri bagi bumi. Meski begitu, ia menegaskan bahwa nasihat itu bukan sebuah paksaan, melainkan bentuk kekhawatirannya sebagai pencinta lingkungan.

Pernyataan tersebut ia ungkapkan dalam acara Kumar Vs The World saat membahas isu menurunnya angka kelahiran di Singapura. Nadya bahkan menyebut bahwa ia tidak keberatan jika tidak menjadi seorang nenek.

“Aku tidak memaksa, tapi aku menyarankan mereka untuk tidak memiliki anak,” ucap Nadya yang langsung mengejutkan panelis lain dalam acara tersebut.

Nadya menikah dengan Desmond Koh, mantan atlet renang nasional asal Singapura, dan memiliki seorang putri bernama Nyla—yang kini dikenal sebagai Alex. Ia juga menjadi ibu sambung bagi dua anak dari pernikahan sebelumnya Desmond, yakni Tyrone dan Fynn. Kepada mereka, Nadya mengaku telah mengajarkan pentingnya berpikir jauh ke depan, termasuk soal dampak populasi terhadap kelangsungan planet.

“Aku sangat mencintai anak-anakku. Tapi sebagai seorang aktivis lingkungan, aku percaya bahwa dunia ini sudah terlalu penuh. Bumi tidak sanggup lagi menanggung beban populasi yang terus bertambah,” ujarnya tegas.

Nadya, yang menjabat sebagai Goodwill Ambassador untuk United Nations Environment Programme, menyatakan bahwa pandangannya terbentuk dari pengalaman pribadinya menyaksikan perubahan drastis pada lingkungan, termasuk saat menyelam di laut.

“Sebelum anakku lahir, lautnya penuh karang yang cantik, warna-warni, dengan ikan-ikan yang berenang bebas. Tapi setelah dia lahir dan aku kembali menyelam, pemandangannya berbeda—karang rusak, ikan masuk perangkap, dan plastik mengapung di mana-mana,” kenangnya.

Menurutnya, jika perubahan sebesar itu bisa terjadi dalam waktu singkat dalam hidupnya, ia khawatir dengan kondisi bumi di masa depan yang akan dihadapi anak-anaknya.

Meski niat Nadya bermula dari kepedulian terhadap bumi, pernyataannya menuai banyak komentar di media sosial. Tak sedikit yang menyebut pandangannya terlalu ekstrem. Beberapa netizen menolak gagasan soal kelebihan populasi dan justru menilai bahwa masalah utama terletak pada konsumsi berlebihan oleh kelompok masyarakat tertentu.

“Teori overpopulasi itu sudah terbantahkan. Justru sebagian kecil orang kaya yang bertanggung jawab atas mayoritas eksploitasi sumber daya dunia,” tulis seorang warganet. “Lebih baik ajarkan anak-anak menjaga lingkungan dan hidup berkelanjutan daripada melarang mereka punya anak,” tulis yang lain.

Nadya Hutagalung dan anaknya (instagram)