Han kang adalah penulis Korea Selatan pertama yang berhasil meraih penghargaan Nobel Sastra 2024. Penghargaan tersebut diberikan kepada Han Kang atas karyanya yang memiliki ciri khas yang ditandai dengan paparan rasa sakit antara siksaan mental dan fisik yang memiliki hubungan dekat dengan pemikiran Timur.
Han Kang lahir pada tahun 1970 di kota Gwangju, Korea Selatan. Ia kemudian pindah ke Seoul bersama keluarganya pada usia sembilan tahun. Ia berasal dari keluarga dengan latar belakang sastra. Ayahnya adalah seorang novelis ternama. Selain menulis, ia juga mengabdikan dirinya pada seni dan musik, yang tercermin dalam seluruh karya sastranya.
Han Kang memulai kariernya pada tahun 1993 dengan menerbitkan sejumlah puisi di majalah “Sastra dan Masyarakat”. Debut prosanya muncul pada tahun 1995 dengan kumpulan cerita pendek “Cinta Yeosu”, yang segera diikuti oleh beberapa karya prosa lainnya, baik novel maupun cerita pendek. Yang menonjol di antaranya adalah novel “Your Cold Hands”, yang menunjukkan jejak minat Han Kang pada seni. Buku ini mereproduksi manuskrip yang ditinggalkan oleh seorang pematung yang hilang dan terobsesi membuat cetakan plester tubuh perempuan.
Karya terobosan internasional pertama Han Kang datang melalui novel "The Vegetarian" (2015). Ditulis dalam tiga bagian, buku ini menggambarkan konsekuensi kekerasan yang terjadi ketika tokoh utamanya, Yeong-hye, menolak untuk tunduk pada norma-norma asupan makanan. Keputusannya untuk tidak makan daging disambut dengan berbagai reaksi yang sama sekali berbeda. Perilakunya ditolak secara paksa oleh suaminya dan ayahnya yang otoriter, dan dia dieksploitasi secara erotis dan estetis oleh saudara iparnya, seorang seniman video yang terobsesi dengan tubuhnya yang pasif.
Pada tahun 2010, Han Kang menerbitkan sebuah novel “Angin Bertiup, Pergi” yang menceritakan tentang persahabatan dan seni yang kompleks, yang di dalamnya terdapat kesedihan dan kerinduan akan transformasi yang sangat terasa.
Dalam novel "Human Acts" (2016), Han Kang kali ini menggunakan peristiwa sejarah yang terjadi di kota Gwangju sebagai landasan politiknya, tempat ia dibesarkan dan tempat ratusan pelajar dan warga sipil tak bersenjata dibunuh selama pembantaian yang dilakukan oleh militer Korea Selatan pada tahun 1980.
Dalam "The White Book (2017), Han Kang menulis sebuah elegi yang didedikasikan untuk orang yang bisa saja menjadi kakak perempuan dalam diri narator, tetapi meninggal hanya beberapa jam setelah lahir. Buku ini berisi catatan pendek, yang semuanya menyangkut benda-benda putih. Melalui warna kesedihan inilah karya tersebut secara keseluruhan dibangun secara asosiatif. Hal ini membuatnya kurang menjadi sebuah novel dan lebih menjadi semacam 'buku doa sekuler', seperti yang juga telah dijelaskan.
Karya terbarunya di tahun 2021 “We Do Not Part” berkisah tentang bayang-bayang pembantaian yang terjadi pada akhir tahun 1940-an di Pulau Jeju, Korea Selatan, tempat puluhan ribu orang, termasuk anak-anak dan orang tua, ditembak karena dicurigai sebagai kaki tangan. Buku ini menggambarkan proses berkabung bersama yang dilakukan oleh narator dan temannya, Inseon, yang keduanya, lama setelah kejadian, menanggung trauma yang terkait dengan bencana yang menimpa kerabat mereka.
Penerima Nobel Sastra 2024, Han Kang (womenobsession.com)