Mitos Tentang Kepribadian Introvert dan Extrovert, Begini Faktanya!

Orang beranggapan bahwa kepribadian introvert adalah sosok pendiam, kebalikan dari pribadi ekstrovert. Tunggu, simak mitos-mitos yang masih dipakai untuk menilai orang berdasarkan dua kepribadian tersebut.

Susan Cain menulis buku berjudul "Quiet: The Power of Introvert in a World That Can't Stop Talking". Buku tersebut meruntuhkan stigma tentang pribadi introvert. Dikutip dari Quietrev.com, begini mitos tentang kepribadian introvert dan extrovert yang sudah membangun stigma kuat terhadap subyek. 

Mitos 1: Ekstrovert mendapatkan energi dari interaksi sosial, sedangkan introvert mendapatkan energi dari refleksi pikiran dan perasaannya sendiri.

Banyak orang percaya kebenaran tentang hal tersebut diatas, tetapi berdasarkan penelitian ekstensif membuktikan keliru. 

Introvert menghabiskan waktu yang sama seperti extrovert untuk berinteraksi dengan orang lain. Ketika orang lain secara acak menilai dan berinteraksi langsung, kedua pribadi tersebut mempunyai energi yang sama untuk lebih komunikatif. 

Interaksi sosial merupakan 'rasa' dari kehidupan, karena itu kecukupan sebagai manusia membutuhkan interaksi. Lalu apa yang membedakan introvert dan ekstrovert? Stimulasi sensitivitas. Jika kamu seorang introvert, stimulasi sensitivitas lebih instens. Maka refleksi atas pikiran dan perasaan seorang instrovert akan terisi kembali. Artinya, interaksi sosial bagi kepribadian introvert tidak lebih sekedar interaksi. Sedangkan ekstrovert membangun stimulasi sensitivitasnya dengan beraktivitas, misalnya menyelam dan menikmati makanan di coffe shop. Introvert lebih suka berada di tempat sepi tetapi mereka akan senang jika ada orang lain bersamanya.

Interaksi dan menyendiri (thebranchingmind.com)

Mitos 2: Introvert butuh perjuangan besar untuk mengatasi rasa gugup di depan publik.

Dalam buku Susan Cain, dijelaskan bahwa bagi banyak orang menyiapkan pidato adalah sebuah teror. Ia akan menyiapkan dari hari-hari sebelumnya, nggak bisa tidur dan dihantui pikiran 'bagaimana jika'. Berdasarkan penelitian, perasaan gelisah sebelum pidato itu nggak ada hubungannya dengan kepribadian introvert dan ekstrovert. Faktor terbesar yang menyebabkan orang gelisah sebelum berpidato adalah tampil didepan banyak orang dan khawatir salah ngomong.

Menutup muka dengan topi (inc.com)

Mitos 3: Ekstrovert adalah pemimpin yang lebih baik dibanding introvert.

Sebuah penelitian melaporkan ada 96 persen pemimpin dan manajer punya kepribadian ekstrovert. Dan dalam sebuah poling, ada 65 persen senior eksekutif bilang pemimpin berpribadi introvert. Hanya 6 persen yang menganggap introvert lebih jago dalam memimpin. Tunggu dulu!

Ekstrovert merupakan pribadi yang mendapatkan perhatian sehingga bisa dipilih sebagai pemimpin, tetapi bukan berarti menjadi pemimpin yang baik. Ketika meneliti beberapa kasus tentang pemimpin yang efektif, ditemukan bahwa ekstrovert dan introvert punya kemungkinan sukses yang setara. Saat karyawan pasif dalam bekerja, ekstrovert bisa mendapatkan keuntungan 16 persen lebih besar. Namun ketika karyawan lebih proaktif, ekstrovert mendapatkan keuntungan lebih rendah 14 persen. 

Ekstrovert sangat bersemangat dan tegas untuk memimpin karyawan yang pasif. Tetapi ekstrovert akan menurun kinerjanya ketika karyawannya lebih proaktif. Ide karyawannya akan mengalahkan semangat dan ketegasannya. 

Pemimpin introvert akan memimpin dengan baik karena mempunyai inisiatif dan pendengar yang baik. Pendiri dan CEO dari Campbell's Soup, Doug Conant adalah seorang introvert. Ia menulis lebih dari 30.000 ucapan terimakasih kepada seluruh karyawannya. 

Pemimpin ekstrovert dan introvert (tracomcorp.com)

Mitos 4: Ekstrovert mempunyai jaringan sosial lebih baik dibanding introvert.

Perlu dipahami bahwa jaringan sosial bukan soal kuantitas atau jumlah. Dalam pencarian kerja, penelitian menunjukkan ekstrovert berjejaring dengan intensif tetapi nggak bisa melakukan banyak pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan itu tentang kualitas dan keberagaman hubungan yang dibangun, bukan banyaknya orang yang kamu kontak. 

Ekstrovert bisa selalu berpikiran positif ketimbang introvert. Tetapi ekstrovert nggak bisa selalu membuat orang lain mempunyai pikiran yang sama dengannya. Tidak tepat jika menyimpulkan ekstrovert dan introvert adalah dua anak panah yang berlawanan. Keduanya mempunyai kemampuan dan kelebihan yang bisa mempertahankan jaringan sosial dengan caranya masing-masing.

Menelpon di depan jendela (fariskhalifeh.com)

Mitos 5: Ekstrovert lebih 'menjual' dibanding introvert.

Dari poin ke 4, terjelaskan bahwa stigma mengenai introvert perlu dibangun ulang. Introvert yang dianggap pendiam dan tidak mempunyai kelebihan dibanding ekstrovert adalah penilaian yang tidak tepat. 

Pada mitos ke 5, Dan Pink menyebut kepribadian ambivert. Kepribadian ini nggak sekedar introvert atau ambivert. Banyak orang mempunyai kepribadian ambivert, mereka menjadi pendiam pada situasi tertentu, komunikatif, kombinasi dari jadi pusat perhatian dan berada di belakang layar. 

Yang mempunyai kemampuan dalam bidang penjualan adalah pribadi ambivert. Disatu sisi akan bersikap komunikatif dan mendominasi obrolan, kadang sangat membatasi perbincangan. Ambivert lebih fleksibel dalam beradaptasi, tergantung pada situasi. 

Bagaimana dengan kepribadianmu dan orang sekitarmu? Menilai seseorang memang nggak tepat, tetapi mengenali seseorang dengan apapun kelebihan yang dimilikinya akan lebih bijak.

Kuat (inc.com)