Sering Khilaf Belanja Padahal Enggak Butuh-Butuh Amat? Yuk, Coba Cara Mengatasi Impulsive Buying Berikut Ini!

Sering Khilaf Belanja Padahal Enggak Butuh-Butuh Amat? Yuk, Coba Cara Mengatasi Impulsive Buying Berikut Ini!

Belanja impulsif atau impulsive buying adalah ketika seseorang melakukan pembelian secara spontan dan emosional yang tidak mereka rencanakan, anggarkan, atau luangkan waktu untuk mempertimbangkannya. Impuls mungkin sulit dikendalikan dan sering kali merupakan akibat dari emosi seperti kegembiraan atau kemarahan dan faktor psikologis lainnya.

Misalnya ketika pandemi COVID-19 waktu itu, penelitian menunjukkan bahwa pandemi meningkatkan pembelian impulsif di banyak konsumen karena hal ini dapat memberikan perasaan berdaya dalam situasi yang terasa di luar kendali.

Lantas bagaimana agar kita tidak terus-terusan melakukan impulsive buying? Simak caranya di bawah ini ya!

Bagaimana mengendalikan pengeluaran impulsif

Mengatasi dorongan untuk melakukan pembelian impulsif dapat menjadi sebuah tantangan. Untungnya, ada beberapa langkah yang dapat kamu ambil untuk membantu menjaga anggaran agar dapat mengendalikan kebiasaan belanjamu. Berikut ini beberapa cara agar kamu terhindar dari impulsive buying:

1. Buatlah daftar dan patuhi itu. Melihat rencana pembelian dapat membantumu tetap pada jalurnya sehingga kamu tidak terlalu tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kamu perlukan atau inginkan.

2. Tetapkan batasan. Menetapkan jumlah yang ingin kamu belanjakan sebelumnya dapat membantumu tetap bijaksana saat berbelanja. 

3. Batasi media sosial. Dengan iklan bertarget, pembelian dalam aplikasi, dan promosi influencer, melakukan pembelian impulsif di media sosial menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Batasi waktu pemakaian perangkat dan atur feed untuk menghindari mengikuti orang-orang yang memicu dorongan membeli ini.

4. Cobalah untuk ambil jeda. Menjauhkan waktu dan ruang dari godaan pembelian impulsif dapat membuat bagian otakmu yang rasional mengambil alih. Kemudian kamu dapat memutuskan apakah kamu masih membutuhkan atau menginginkan barang tersebut.

Yang mempengaruhi motivasi setiap pembelian kita (medium.com)

5. Bangun anggaran yang mencakup penghematan. Tujuan menabung (untuk masa pensiun, pendidikan, liburan, dll.) dapat membuat penganggaran dan pengelolaan uang lebih mudah karena tujuan tersebut menciptakan sesuatu untuk diusahakan dan dinanti-nantikan.

6. Identifikasi pemicu. Misalnya, jangan mulai berbelanja jika kamu lelah, sedih, atau gelisah. Mengidentifikasi pemicu pembelian impulsif dapat membantumu memikirkan apakah kamu benar-benar perlu melakukan pembelian atau tidak, atau apakah kamu hanya merasakan hal tertentu.

Berbelanja dengan seseorang. Teman atau anggota keluarga yang tepercaya dapat membantumu tetap pada daftar dan menjaga anggaranmu tetap pada jalurnya.

Yang perlu diingat: Pembelian impulsif bisa saja terjadi, kamu tidak perlu merasa sedih dengan setiap pembelian. Namun pembelian tersebut haruslah yang wajar bukan sesuatu yang dapat  menimbulkan konsekuensi negatif seperti menambah utang.

Ilustrasi impulsive buying (timesumut.com)