Kamu mungkin pernah dengar ungkapan bahwa wanita lebih cepat bangkit setelah putus cinta dari pria. Ketika seorang wanit putus dari pacarnya, ia akan menangis di depan temannya, ibunya, bahkan kucingnya.
Selama beberapa minggu berikutnya, ada ketenangan yang muncul saat wanita tersebut mengatasi kesedihannya dan mencoba bangkit kembali. Wanita bahkan mampu menjadi lebih percaya diri dan penuh harapan setelah mereka berhasil melewati masa terpuruk itu.
Di sisi lain, pria mengalami hal yang berbeda. Beberapa penelitian—baik besar maupun kecil—menunjukkan bahwa pria mengalami masa-masa yang lebih sulit dibandingkan wanita ketika hubungan romantisnya berakhir. Lantas, apa penyebabnya? Kenapa pria lebih sulit move on dari wanita?
Faktor Hubungan Pertemanan
Faktor utama yang membuat wanita lebih mudah move on setelah putus adalah jaringan pertemanan mereka. Wanita lebih terampil dalam menjaga hubungan dekat dengan teman-temannya selama bertahun-tahun, sehingga berguna ketika mereka perlu berbicara, menangis, atau sekadar melampiaskan keadaan emosi mereka.
Sebaliknya, persahabatan laki-laki sangat mungkin tidak sesolid dan seterbuka persahabatan wanita. Sehingga pria tak banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya, sesering wanita menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Isolasi dan Konstruksi Sosial
Dalam banyak kasus, hubungan pria-wanita saat ini memiliki struktur yang sangat berbeda dibandingkan sepanjang sejarah. Perempuan tidak lagi bergantung secara ekonomi pada laki-laki seperti dulu, sehingga sudah waktunya bagi laki-laki untuk mengurangi ketergantungan emosional pada perempuan.
Selain itu, masyarakat menganggap bahwa wanita yang menangis tersedu-sedu di depan temannya setelah putus cinta adalah hal yang wajar. Sementara tidak untuk pria. Pria yang menangis dianggap memalukan. Pria yang curhat tentang persoalan asmaranya dianggap kurang maskulin. Beban inilah yang kemudian membuat pria menyimpan kesedihannya sendiri, sehingga sulit move on.
Usia yang Berpengaruh
Pasangan yang baru saja berpisah (satupersen.net)
Semakin tua usia pria, semakin sulit mereka untuk lebih ekspresif. Sementara laki-laki yang masih muda selalu punya cara untuk menghilangkan stres, berkomunikasi dengan lebih baik, meredakan konflik, dan menjadi lebih berempati.
Laki-laki muda menciptakan lebih banyak ruang bagi diri mereka sendiri di mana mereka dapat terlibat dalam tindakan-tindakan tersebut dan tidak akan dianggap kurang karena hal tersebut tidak sesuai dengan peran gender tradisional.
Ilustrasi pertemanan pria (cewekbanget.grid.id)