Sejak beberapa tahun lalu, muncul sebuah kampanye dimana para pelanggan restoran disarankan untuk membersihkan meja sendiri seusai makan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah para pekerja restoran.
Namun ternyata, kebiasaan seperti ini cukup bertolak belakang dengan budaya di Indonesia. Beberapa orang setuju, tapi ada juga yang menolak karena menganggap itu sudah menjadi tanggung jawab pelayan.
Seorang warganet di X ternyata memiliki penilaian tersendiri. Hal ini diungkapkan oleh pemilik akun bernama @ezash yang membahas soal budaya membersihkan meja sendiri di sebuah restoran.
"Aku suka ngejudge (menilai) seseorang dari cara mereka memperlakukan meja/tempat makan setelah selesai makan di restoran," tulis Eza Hazami selaku pemilik akun.
Ternyata, cuitannya itu mendapatkan perhatian netizen. Dan banyak pula netizen yang sependapat dengan si pemilik akun.
"Paling malas liat orang makan, tetapi abu rokoknya dibuang di piring abis dia makan," tulis akun bernama @mfah_rozi.
"Sama, Bang. Malah saya lebih banyak lagi: soal sampah dan tisu bekas, cara makan, layout meja kerja, isi percakapan, dll. Nggak apa-apa itu kan hak kita juga. Biar tau kedepannya mau jadi sekadar kenalan, teman, atau partner bisnis. Kualitas orang itu dilihat dari habitnya (kebiasaan) juga," tulis @nasidaunjerukk.
Dan ternyata, pendapat tersebut sejalan dengan sebuah jurnal yang ditulis oleh Zarmiyati Zuchdi yang membahas soal aspek emosional dan komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya.
Banyak pula yang dikaitkan jika seseorang yang merasa tanggung jawab dengan meja bekas makannya, maka ia merupakan orang bertanggung jawab di kehidupannya.
Ilustrasi pelayan membersihkan meja di restoran (via Cantika)