Meghan Markle diutuduh sebagai seorang diktator oleh para stafnya. Menurut sebuah sumber anonim, Meghan Markle seringkali membuat para staf prianya menangis.
"Semua orang takut pada Meghan. Dia meremehkan orang, tidak mau mendengar nasihat. Mereka berdua buruk dalam mengambil keputusan, sering berubah pikiran. Harry memang orang yang sangat ramah, tanpa sikap sombong, tapi dia sangat mendukung tindakan Meghan. Dan Meghan sendiri sangat buruk dalam berinteraksi," ungkap sumber dalam artikel tersebut.
Meghan dianggap sebagai wanita dominan yang seringkali meluapkan amarahnya saat memberikan perintah.
"Dia benar-benar tak kenal lelah. Dia berjalan seperti seorang diktator dengan sepatu hak tinggi, sambil marah-marah dan memberikan perintah. Saya pernah melihatnya membuat pria dewasa menangis," ungkap sumber tersebut.
Laporan ini mengungkap jika selama bertahun-tahun, pasangan Sussex tersebut mengalami pergantian staf yang tinggi. Asisten utama Meghan dan sekretaris pribadinya juga meninggalkan posisinya di tahun 2021. Salah satunya adalah Josh Kettler yang mengundurkan diri setelah kerja selama 3 bulan.
Kettler sebelumnya dipuji sebagai manager yang berpengalaman dan kerap mendampingi Pangeran Harry di berbagai acara profesional.
"Josh mundur karena pekerjaannya tidak sesuai harapan," ungkap sumber, seperti dikutip The Sun.
Kepergian Josh menambah panjang daftar staf yang mundur dari pekerjaan mereka di bawah pasangan Sussex ini. Sejak pindah ke Montecito, California,Meghandan Harry telah kehilangan sembilan staf, dan secara total ada 18 staf yang telah mengundurkan diri sejak mereka memutuskan untuk melepaskan peran sebagai anggota senior kerajaan.
Sumber mengatakan bahwaMeghanMarkleadalah orang yang menyulitkan. Beberapa mantan staf mengaku bahwa mereka mengalami semacam trauma setelah bekerja dengan pasangan tersebut.
Meghan Markle dan Pengaran Harry (via people)