Badan Intelejen Negara atau disingkat BIN adalah lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang intelejen.
Karena cara kerjanya yang rahasia inilah, anggota BIN kerap harus melakukan penyamaran dalam melakukan gerakan bawah tanahnya. Salah satunya dengan menyamar sebagai pedagang kaki lima, seperti tukang bakso.
Bahkan, cukup seringnya ditemukan tukang bakso yang mengantongi handy talkie (HT), publik pun beranggapan bahwa tukang bakso tersebut bisa jadi adalah anggota intel.
Penjelasan Mantan Kepala BIN Soal Kaitan Tukang Bakso dan Intel
Mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) A.M. Hendropriyono kemudian menjelaskan alasan kenapa tukang bakso identik dengan intel. Alasannya ternyata ya sesederhana karena anggota intelejen bisa menyamar sebagai tukang bakso atau tukang siomay.
Biasanya, intelejen yang menyamar jadi tukang bakso dan tukang-tukang lainnya, mereka akan dilengkapi dengan HT guna memberi informasi soal target. Intel yang menyamar jadi tukang bakso tadi biasanya hanya bertugas sebagai spionase dan tak melakukan kontak fisik sama sekali.
"Mencari keterangan sampai dia tahu dan kenal betul siapa musuh, dan siapa rakyat, dan bagaimana medannya, dan akses menuju ke jantung itu bagaimana," jelas Hendropriyono mengenai tugas intelijen seperti yang disampaikan ke Podcast Deddy Corbuzier di YouTube.
Tetap Dilatih Fisik untuk Bertarung, Menembak, Hingga Melempar Pisau
Intel yang sedang menyamar jadi tukang bakso (kumparan.com)
Meskipun banyak intel yang tugasnya hanya melakukan spionase. Namun mereka tetap bukan intel biasa. Sebab sama seperti intel lainnya, mereka juga orang-orang pilihan yang juga sudah dilatih untuk bertarung, menembak, hingga melempar pisau agar punya rasa percaya diri.
"Namun, yang paling penting itu adalah proses berpikir dan mengintainya. Kalau sekadar bela diri, itu bukan satu-satunya yang diandalkan, tetapi mencari informasinya," jelasnya.
Eks Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Marsekal Madya (Marsdya) Kisenda Wiranata Kusumah juga menjelaskan hal serupa. Kisenda mengungkapkan bahwa praktik intelijen menyamar jadi tukang nasi goreng dahulu pernah dilakukan karena anggaran tidak besar.
Jenderal Bintang Tiga tersebut juga mengungkapkan bahwa penyamaran sebagai tukang nasi goreng dan sebagainya bertujuan untuk menghimpun informasi awal yang nantinya akan dimatangkan.
“Pernah ada (intelijen tukang bakso),” kata Kisenda. “Dari tukang bakso, dapat informasi awal. bukan informasi mateng,” tambahnya.
Selain karena anggaran, aksi penyamaran sebagai tukang bakso dilakukan karena faktor teknologi belum semaju sekarang. Karenanya, disebutkan oleh Kisenda, intelijen kala itu kerap terlihat peralatannya karena memang berukuran besar-besar.
Cerita tentang intel yang jadi tukang bakso beneran karena baksonya laris(id.quora.com)