Seorang manajer bank mengaku dirinya sempat mengalami kebangkrutan saat menjajal bisnis es krim. 15 gerai miliknya pun harus tutup. Namun pengalamannya itu tak membuatnya terpuruk.
Pria bernama Rido Apriando itu merupakan pegawai bank BRI yang bekerja di Palembang. Saat itu, ia melihat di Palembang terdapat gerai es krim ODS yang cukup ramai dikunjungi pembeli.
Lalu, ia pun berencana untuk membuka gerai yang sama di tempat kelahirannya, Bandar Lampung. Namun dia tak mampu untuk membeli franchise es krim yang saat itu mencapai Rp 250 juta. Tak menyerah, Rido nekad membuat es krim potong sendiri secara otodidak.
"Saya dibantu teman yang menjadi chef di hotel bintang 5 di Palembang. Alat cetakan pertama saya menggunakan kotak wafer yang diisolatif ha-ha-ha," kata lelaki kelahiran Lampung 29 April 1989 itu saat berbincang dengan detikfood.
Sejak lama, Rido memang sangat suka memasak. Sehingga ia yakin, bisnis es krim yang bernama 'Orchard Ice Road' (OIR) miliknya itu bisa berhasil.
Apa yang dilakukannya itu ternyata disambut baik oleh para konsumen. Hingga akhirnya, Rido mulai berani membuka gerai di mal di Bandar Lampung. "Modal saya waktu itu cuma tarik tunai uang di ATM dan dari kartu kredit," ujarnya.
Bertambahnya waktu, gerai es krimnya semakin berkembang dan populer. Bahkan ia bisa berhasil mensponsori konser Raisa saat tampil di Bandar Lampung tahun 2015.
Ia juga menjadikan bisnisnya itu sebagai bisnis franchise yang tersebar di beberapa daerah. Sayangnya dia melakukan sistem jual putus sehingga semua menu es krim racikannya itu dikembangkan lebih lanjut oleh si pembeli menjadi merek sendiri. "Itu kesalahan saya dulu sebagai pemula di bidang usaha kuliner," ujarnya penuh sesal.
Rido Apriando, manajer bank yang sukses berbisnis mie ayam (via detik)
Hingga 2019, total dia memiliki 15 gerai yang tersebar hingga ke Palembang dan Bengkulu. Ketika pandemi Covid-19 meruyak dan aktivitas semua mal dibatasi dan tutup, semua gerai es krimnya pun bangkrut.
Tetapi, dirinya tak mau meratapi nasib terlalu lama. Alhasil, di saat pandemi masih melanda, Rido menjajal bisnis mie ayam. Kebetulan ia pernah punya pengalaman menikmati mie ketika liburan ke Hong Kong.
Hingga akhirnya, ia mencoba membuat mie ala Hong Kong yang dimodifikasi seperti mie ayam lokal. Ia menamai bisnisnya 'Mie Ayam Aroma'.
"Banyak yang mengira mie ini punya (orang) Cina karena rasa kaldunya berasa banget. Mie ayam ini banyak yang suka orisinal tanpa dicampur saus dan kecap," ujar Rido yang meraih sarjana hukum dari Universitas Lampung.
Sejak 2019, dia memiliki tiga gerai mie ayam Aroma yang antara lain berlokasi di belakang kampus UIN Raden Intan, Sukarame dan di PKOR (Pusat Kegiatan Olah Raga) Way Halim, Bandar Lampung. Dia sengaja tak ekspansif bukan karena kapok tapi karena ingin lebih fokus.
Apalagi karirnya di BRI terus menanjak dan harus berpindah-pindah kota. Kini Rido sudah sekelas manajer dengan jabatan Pemimpin Cabang Pembantu BRI di wilayah kerja Pekanbaru, Riau.
Pengelolaan sehari-hari usahanya itu pun diserahkan kepada adiknya. Dia mengklaim omzet penjualan mie ayam Aroma rata-rata per gerai Rp 60 juta perbulan, atau rata-rata omset harian Rp 2 jt per gerai.
"Itu belum termasuk jika ada event yang sifatnya pesanan atau panggilan ke acara," ujar Rido.
Rido Apriando, manajer bank yang sukses berbisnis mie ayam (via detik)