Kasus Langka: Seorang Perempuan di China Tak Bisa Dengarkan Suara Laki-Laki

Ada sebuah kasus langka di China. Kabarnya seorang perempuan gak bisa dengar suara laki-laki. Kenapa ya?

Seorang perempuan di China, baru-baru ini dikabarkan tengah mendapat masalah serius pada pendengarannya. Ia dikabarkan tak bisa mendengar suara laki-laki, ya, cuma suara laki-laki aja.

Perempuan itu memiliki nama keluarga Chen. Ia pergi ke rumah sakit setelah mengalami kejadian aneh di pagi harinya. Setelah ia bangun tidur, ia tak bisa mendengar suara kekasihnya bahkan sekeras apa pun kekasihnya bicara.

Newsweek melaporkan, malam sebelumnya, perempuan itu mengalami kondisi tinnitus atau bunyi denging pada telinga. Kondisi itu juga diikuti dengan muntah-muntah.

Perempuan itu kemudian ditangani oleh Dr. Lin Xiaoqing yang menemukan bahwa telinga pasiennya itu bisa mendengar jelas suaranya karena dia juga perempuan. Namun, perempuan tadi sama sekali tak bisa mendengar suara pria yang ada di dekatnya.

Gangguan pendengaran ini amat langka (bulgaronline.com)

Dr. Xiaoqing lalu mendiagnosis Chen menderita pendengaran dengan kemiringan terbalik atau reverse-slope hearing loss (RSHL). Ini merupakan gangguan pendengaran rendah yang kasusnya jarang terjadi. Kondisi itu akan mengganggu kemampuan seseorang untuk mendengar suara laki-laki yang dalam dan rendah.

Kondisi tersebut dijuluki berdasarkan bentuk yang dihasilkannya dalam visualisasi tes pendengaran. Kemiringannya berkebalikan dengan kemiringan yang dihasilkan gangguan pendengaran frekuensi tinggi, setidaknya begitu menurut klinik audiologi di Audiology HEARS, Cumming, Georgia, Amerika Serikat.

Ilustrasi gangguan pendengaran langka, tak bisa mendengar suara laki-laki(verywellmind.com)

Kondisi ini berdampak pada 3.000 orang di AS dan Kanada. Kemungkinannya hanya 1 dari 12 ribu orang yang mengalami gangguan pendengaran, atau hanya satu individu saja yang mengalami RSHL.

Dr. Michelle Kraskin dari Weill Cornell Medical Center di New York Presbyterian Hospital mengungkap bahwa manusia mendeteksi suara lewat getaran atau vibrasi rambut-rambut kecil di dalam telinga. Seiring waktu, rambut-rambut tersebut bisa rapuh dan rentan terhadap kerusakan karena faktor genetika, cedera, atau penggunaan obat. 

Rambut-rambut yang mengeluarkan frekuensi tinggi biasanya lebih halus. Kata Kraskin, itulah alasan mengapa mereka cenderung lebih dulu mati.

Ilustrasi, mungkin tes dengan sekadar jentikkan jari? (fool.com)

Ini juga menjadi alasan kenapa gangguan pendengaran lebih sering mempengaruhi kemampuan kita untuk mendengar suara yang lebih tinggi daripada yang lebih rendah.

Jackie Clark, seorang profesor klinis di University of Texas menjelaskan pula bahwa kehilangan kemampuan mendengar suara yang lebih rendah seperti yang dialami Chen jelas jarang terjadi. Sebab, bagian pemrosesan suara bass di dalam koklea yang tampak seperti rumah siput di telinga bagian dalam, sangat terlindungi dengan baik.

Ilustrasi gangguan pendengaran (medicalnewstoday.com)

Clark menduga bahwa penyebab timbulnya RSHL yang tiba-tiba bisa termasuk masalah pembuluh darah atau trauma. Gangguan autoimun yang mempengaruhi telinga bagian dalam mungkin juga jadi penyebab RSHL. 

Kondisi autoimun di telinga bagian dalam itu juga dapat menyebabkan masalah keseimbangan yang memicu muntah-muntah seperti yang dialami Chen sebelumnya. Namun menurutnya, ini juga langka, mungkin hanya sekitar 1 persen dari populasi AS saja.

Di samping itu, Clark mengatakan bahwa kasus ini bukanlah hal yang boleh ditertawakan. Kehilangan pendengaran yang tiba-tiba atau tak bisa dijelaskan sekalipun bukanlah bahan bercandaan.

Ilustrasi pemeriksaan pendengaran (pacoregon.com)

Kabar baiknya, RSHL bisa dideteksi degan cepat. Sementara peluang gangguan pendengaran itu dapat diatasi juga tinggi.

Menurut Kraskin, jika ditangani dalam 48 jam, peluang pulihnya lebih tinggi. Pemulihannya melibatkan steroid dosis tinggi. Bahkan RSHL bisa saja pulih tanpa perawatan apa pun.

Dalam kasus Chen, dokter yang merawatnya mengatakan bahwa pemicunya bisa jadi adalah stres akibat kerja lembur dan kurang tidur. Dokter pun menyarankan Chen untuk istirahat demi pemulihan pendengarannya.

Ini kasus yang langka dan bukan bahan tertawaan gengs (verywellhealth.com)