Film Dirty Vote tayang di YouTube dan sudah ditonton jutaan kali. Film yang mengangkat cerita tentang dugaan kecurangan pemilu 2024 membuat mata publik terbuka.Sudah pasti film dokumenter tersebut memantik pro dan kontra di kalangan masyarakat dan para elite politik. Ada yang setuju ada juga yang menyebut karya tersebut diduga fitnah.
Sutradara Dirty Vote, Dandhy Dwi Laksono melalui kanal YouTube Indonesia Baru menceritakan banyak hal tentang proses pembuatan film tersebut. Dandhy ternyata sering membuat film dokumenter yang bikin geger. Uniknya film-film itu tayang jelang hari pencoblosan. Terakhir pada pemilu 2019, Dandhy menjadi sutradara film Sexy Killer yang bikin panas para konglomerat di Indonesia.
“Sebenarnya tahun 2014 juga saya pernah buat film tentang pemilu. Saat itu mengangkat cerita kehidupan para pendukung dua capres, Jokowi dan Prabowo Subianto. Dalam film itu menggambarkan seperti apa kehidupan mereka,” jelas Dandhy yang memang terkenal sebagai sutradara film dokumenter.
Dandhy mengatakan awal mula ia membuat Dirty Vote berawal dari keresahan yang dia rasakan. Termasuk muncul pemberitaan negatif jelang pemilu hingga terkuak dugaan kecurangan. “Banyak dugaan kecurangan, aparat nggak netral, presiden dan ibu negara juga menunjukkan hal itu,” tegas Dandhy.
Termasuk sosok Gibran Rakabuming Raka yang muncul tiba-tiba sebagai cawapres meski harus mengubah aturan Undang-Undang terkait batasan minimal usia capres dan cawapres. Hal itu ada kaitannya dengan Gibran yang merupakan keponakan dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Anwar Usman.
“Puncaknya pada kasus MK. Terlihat jelas segelintir orang ingin mengubah syarat MK dan mengajukan batas usia capres, cawapres,” seru Dandhy. Dandhy kemudian mengontak beberapa pihak untuk diajak berkolaborasi, termasuk tiga narasumber yang semuanya ahli hukum tata negara, Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin.
Film Dirty Vote (YouTube Indonesia Baru)
“Saya hubungi Feri Amsari, kita ketemu dan melakukan risetnya. Saya lihat datanya. Lalu kita diskusi banyak hal. Kemudian Bivitri dan Zainal langsung mau dan gabung karena sama-sama mengalami keresahan, tapi kita tidak membahas uangnya dari mana,” tambah Dandhy.
Proses pembuatan film ini berjalan dengan lancar. Sebagai sutradara ia bersyukur banyak pihak-pihak yang membantu proses Dirty Vote. “Banyak yang support, ada yang bantu menyediakan waktu, meminjamkan alat, bahkan menyumbang uang. Banyak organisasi yang membantu memberikan bantuan dan kontribusi,” pungkasnya.
Film Dirty Vote (YouTube Tutorial Mas Ari)