Selasa (6/2), Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerlikaya, mengatakan seorang pria dan seorang wanita telah tewas dalam “usaha menyerang” sebuah pos pemeriksaan keamanan di gedung pengadilan di distrik Caglayan.
Pasangan ini diyakini berafiliasi dengan kelompok militan sayap kiri DHKP-C, yang telah terlibat dalam kampanye melawan negara Turki sejak tahun 1980an.
5 orang, termasuk 3 petugas polisi, dikatakan terluka dalam insiden tersebut.
“Saya mengucapkan selamat kepada petugas polisi kami yang heroik. Saya berharap korban luka kami segera pulih,” kata Yerlikaya, seraya menambahkan bahwa petugas telah mencegah “serangan berbahaya.”
Dalam beberapa potongan gambar, dua mayat tergeletak di tanah di luar pintu masuk utama gedung pengadilan.
DHKP-C, yang dianggap sebagai organisasi teroris di Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, menyandera seorang jaksa di pengadilan yang sama pada bulan Maret 2015, menuntut informasi tentang pembunuhan seorang remaja oleh polisi selama protes terhadap pemerintah.
Gedung tersebut, yang juga dikenal sebagai Istana Keadilan Istanbul, adalah kompleks pengadilan besar yang digunakan untuk mengadili kejahatan berat, termasuk tuduhan teror.
Detik-detik menegangkan peristiwa penembakan di gedung pengadilan di distrik Caglayan (viva.co.id)
Turki mulai bangkit dari masa kekerasan yang dimulai sekitar satu dekade lalu ketika negara ini berulang kali dilanda pemboman dan serangan lainnya. Insiden tersebut dikaitkan dengan pejuang jihad dan militan Kurdi.
Meskipun serangan-serangan tersebut sebagian besar telah mereda, baik Istanbul maupun ibu kota Turki, Ankara, tetap dalam siaga tinggi.
Serangan itu terjadi saat Turki memperingati peringatan gempa bumi yang menewaskan ribuan orang.
Para polisi, tenaga medis, dan ambulans yang berjaga di luar pengadilan di distrik Caglayan (inews.id)