Kebiasaan Menjadi Pendengar yang Baik, Bikin Hidup Lebih Bermakna

Kebiasaan sehat ternyata nggak hanya dilakukan dengan mengungkapkan suka dan duka kepada orang lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan menjadi pendengar yang baik, akan mendapatkan efek positif.

Selama berkomunikasi, manusia hanya mendengarkan 60 persen informasi. Dan hanya menguasai informasi yang diterima sebanyak 35 persen saja. Selama dua bulan, informasi yang masih diingat hanya tersisa 25 persen. Dikutip dari Hubgets, memahami sesuatu itu bertumpu pada kemampuan mendengar. Ketika seseorang benar-benar mendengarkan, maka akan berkesempatan meminimalisir keraguan dan salah paham.

Singkatnya, seseorang yang mempunyai kemampuan menjadi pendengar maka akan lebih gampang memahami. Jika ingin mempunyai hubungan personal dan profesional baik, maka mendengarkan dengan penuh perhatian adalah kuncinya. 

Saat masih sekolah, kita jarang terbiasa mendengar. Karena aktivitas lebih banyak membaca daripada mendengar. Lalu, saat kuliah yang umumnya terjadi seimbang. Membaca dan mendengar mempunyai porsi yang sama. Selanjutnya, saat terlempar pada dunia kerja, mayoritas lebih sering mendengar dibanding membaca. Hingga seringkali bingung dan harus mengulang informasi yang telah disampaikan. 

Menjadi pendengar yang baik memang nggak didapat dengan instan. Jadi, bukan berarti menyalahkan orang yang nggak bisa mendengar dengan seksama, tetapi perlu membiasakannya agar mendapatkan efek yang positif. 

Seseorang yang terbiasa mendengarkan dengan seksama adalah orang yang rendah hati. Bagaimana bisa begitu? Begini, orang yang bermanuver dalam sebuah percakapan dengan memotong pembicaraan dan unjuk diri menggambarkan orang yang nggak mau mengalah. Padahal, menjadi pendengar yang baik itu akan mendapatkan informasi lebih banyak dibanding memotong pembicaraan ditengah rapat, misalnya. 

Mendengarkan (thoughtco.com)

Tanpa sadar, orang yang punya ego tinggi dan suka 'unjuk diri' akan mengganggu lajur pertukaran informasi. Meskipun banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Tetapi perhatian akan terusik bagi dirinya sendiri atau orang lain yang terlibat dalam komunikasi. 

Evelyn Glennie, dalam TED Talk, mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu untuk menafsirkan apa yagn sudah didengarkan. Waktu jeda dibutuhkan untuk mencerna sekaligus menginternalisasi informasi dalam proses komunikasi. Artinya, jika lawan bicara memotong percakapan, maka waktu untuk menafsirkan akan sirna. 

Fakta ilmiah membuktikan bahwa pikiran bekerja lebih cepat daripada berbicara. Pikiran sudah berlari satu kilometer, sedangkan kata-kata berada di belakang jauh. Jadi, menahan diri untuk tetap mendengarkan bisa memberikan kesempatan kata-kata berdampingan dengan pikiran. Saat kita mulai menyusun respon, maka kita berhenti mendengarkan. Akhirnya pesan terlewat begitu saja tanpa tertangkap oleh pikiran. 

Rapat (elainesimpsonspeaks.com)

Julian Treasure, penulis buku "Sound Bussiness", merekomendasikan 4 esensi dari mendengar. Rekomendasi tersebut bisa dilakukan agar bisa mendapatkan efek positif dari kebiasaan mendengarkan dengan baik, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Receive, atau menerima informasi dari orang yang sedang berbicara atau memberikan pesan dan informasi.

2. Appreciate, atau memberikan apresiasi dengan suara seperti "hmmm", "oh", atau "okay".

3. Summarize, pakailah kata "jadi?" untuk memberi tanda kalo sedang mendengarkan dan tertarik mendapatkan kesimpulan.

4. Ask, baru setelah mendengarkan, mendapatkan pesan atau informasi, lalu tanyakan balik sesuai opini.

Hubungan personal yang sehat (besthealthmag.ca)

Lebih jauh lagi, seseorang yang mempunyai kemampuan sebagai pendengar yang baik adalah orang yang mempunyai empati. Positifnya lagi, bisa menguatkan hubungan dan berkesempatan meraih hasil yang lebih besar dengan 'memahami'.  

Berkomunikasi (earlytorise.com)